Pada dasarnya ada dua macam rezeki, yaitu rezeki sebagai cobaan (ibtilaa) dan rezeki sebagai pilihan (ishthifaa).
Rezeki sebagai cobaan adalah rezeki yang tidak bisa menjadi perantara untuk mewujudkan ikatan dan kedekatan dengan Allah. Sebaliknya ia malah menjauhkan manusia dari Allah, sehingga manusia lalai dan mengalami kehancuran.
Sehubungan dengan itu Allah Ta’ala berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta kamu dan anak-anak kamu melalaikan kamu dari ingat kepada Allah.” (Al-Munafiqun, 63:9)
Rezeki sebagai pilihan adalah rezeki yang digunakan selaras dengan kehendak Allah. Orang yang memiliki rezeki seperti ini, Allahlah sebagai penjaminnya. Apapun yang dia miliki, dia menganggapnya sebagai milik Allah, dan dia membuktikan anggapannya dengan perbuatannya.
Lihatlah keadaan sahabat Nabi Muhammad saw.! Ketika waktu ujian tiba, Abu Bakar Shidiq r.a. yang paling depan dan paling awal menyerahkan apapun yang dimiliki di jalan Allah. Kemudian, untuk balasannya Allah Ta’ala menganugerahkan jabatan sebagai khalifah pertama. Pendek kata, inilah kebaikan sejati.
(Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, jilid 1, hlm. 39 oleh Yatimin A.S.)
Comment here