Akademika

Pengaruh terjemah The Holy Qur’an di Indonesia

Terjemah al-Quran versi Ahmadiyah memiliki beberapa karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan terjemah versi Islam sunni pada umumnya.  Namun demikian, terjemah seperti di atas, khususnya terjemah al-Quran dalam bahasa Belanda –yang dialihbahasakan dari The Holy Qur’an karya Muhammad Ali oleh Soedowo– cukup berpengaruh di masyarakat muslim Indonesia pada paruh pertama abad ke-20.

Bertentangan dengan fatwa dari Muhammadiyah maupun dari Muhammad Rashid Rida yang melarang penggunaan terjemah versi Ahmadiyah, terjemah Soedewo ini justru menjadi rujukan bagi kalangan terdidik untuk memahami Islam.

Tulisan ini secara khusus menjawab pertanyaan: mengapa terjemah al-Quran versi Ahmadiyah ini cukup berpengaruh di Indonesia, apa yang menarik dari terjemah ini bagi mereka, serta apa sumbangan pemikiran terjemah ini pada perkembangan keilmuan al-Quran di negeri ini.

Menurut penulis, terjemah versi Ahmadiyah, khususnya yang berbahasa Belanda, mengalami kesuksesan pada masa revolusi dipengaruhi oleh tiga hal. Pertama, bahasa Belanda  yang dipakai adalah bahasa kalangan terdidik. Kedua, isinya sesuai dengan kebutuhan kalangan terpelajar yang ingin mencari pemahaman yang harmonis antara agama dan ilmu pengetahuan. Dan yang ketiga, terjemah ini merupakan satu-satunya bentuk publikasi modern dari terjemah al-Quran yang ada pada masa itu.

Dalam konteks ideologi, penerimaan kaum intelektual ini terutama terkait dengan upaya perlawanan Islam terhadap tekanan misi Kristen dan masuknya ideologi-ideologi anti agama, khususnya materialisme dan atheisme.

  • Judul Artikel : Sectarian Translation of the Qur’an in Indonesia: The Case of the Ahmadiyya
  • Penulis : Ahmad Najib Burhani | The Indonesian Institute of Sciences (LIPI), Jakarta, Indonesia
  • Link Artikel Di Sini
Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »