Maulana Muhammad Ali hidup antara tahun 1874 sampai 1951. Ia dilahirkan di kota Murar, Kapurthala, India. Beliau adalah seorang pemikir muslim Ahmadiyah yang mendirikan aliran Ahmadiyah tandingan yang diberi nama Ahmadiyah Anjuman Isha’at Islam, berpusat di Lahore.
Belum didapati informasi tentang latar belakang keluarga dan riwayat pendidikan beliau, hanya disebutkan bahwa dia menamatkan sekolah tingginya pada jurusan bahasa Inggris (1896) dan hukum (1899) di Lahore.
Muhammad Ali dikenal sebagai pemikir Islam yang kontroversial dan telah menyebarkan penafsiran Islam yang sangat rasional di Barat. Misi Muhammad Ali adalah untuk memunculkan Islam yang sejatinya, bukan membawa teologi dan ideologi Islam baru. Muhammad Ali hendak mendakwahkan Islam sebagai agama yang paling benar, murni, rasional, adil, dan baik untuk manusia.
Latar belakang yang mempengaruhi pemikiran Muhammad Ali adalah kepentingan menjelaskan Islam pada masyarakat Barat yang rasional, realistis, dan humanis. Selanjutnya, Muhammad Ali pun menciptakan perangkat hermenetik yang akan mengemas Islam sebagai agama rasional, realistis, dan humanis.
Dalam wacana pemikiran Islam, persepsi rasionalitas dan insaniyah Islam jelas bukan merupakan usulan baru. Begitu juga dengan pendekatan (sejarah) dan metodologi (hermenetik dan verifikasi kitab nabi-nabi sebelumnya) Muhammad Ali.
Kelebihan Muhammad Ali adalah dalam memberikan detil contoh-contoh dan aplikasi metode tersebut. Beliau memiliki waktu untuk menguji dan membuktikan kerealistisan Islam pada semua ayat-ayat yang selama ini dipahami secara gamblang sebagai sebuah keajaiban, yang hal ini secara sengaja atau tidak dalam banyak hal seakan mengejek kesederhanaan atau lebih tepatnya kemalasan intelektualitas masyarakat muslim umumnya.
Muhammad Ali memancangkan posisinya sebagai seorang pemikir Islam karena beliau secara gigih mengumpulkan semua materi yang menjadi persoalan rasionalitas Islam dari tokoh-tokoh pemikir sebelumnya, dari tasiran-tafsiran agama wahyu sebelumnya dan dari praktek dan pemahaman yang berkembang dalam masyarakat muslim kebanyakan sendiri, dan lalu membedahnya dan menjadikannya titik tolak uraian pemikirannya. Sehingga uraiannya bersifat responsif dan solutif, yang membuat tulisannya tidak membosankan untuk dibaca.
Ide-Ide Pokok Pemikiran Kalam Muhammad Ali
- Monoteistik mutlak, ketauhidan Tuhan dan peletakan Tuhan sebagai zat yang Maha Kuasa dan sama sekali berbeda dari makhluknya tetapi tidak terpisah dan adil.
- Ajaran agama dan shari’ah adalah sesuatu yang mutlak diperlukan manusia untuk mendapatkan tuntutan dan keselamatan. Karenanya keberadaan nabi adalah keharusan dan bukan pencapaian manusia tetapi amanah Tuhan.
- Agama adalah untuk manusia dan semua ajaran agama dapat dipahami dan semua hukum agama memiliki motif-motif moril.
- Manusia adalah makhluk Tuhan tetapi merupakan makhluk yang sangat mulia, memiliki kekuasaan penuh sesuai dengan batas ukuran hakikatnya sebagai makhluk (taqdir).
- Taqdir adalah ukuran konfigurasi seluruh makhluk, jadi merupakan hukum alam dan universal, bukan predestinasi atau pembatasan pilihan dan juga dominasi penilaian baik dan buruk.
- Alam terdiri dari dua bagian, alam dunia dan akhirat. Keduanya berbeda tetapi tidak terpisah melainkan tersusun sebagai fase dan tahapan.
- Makhluk juga terdiri dari dua jenis, Materil dan Immateril. Makhluk Immateril tidak dapat berubah menjadi makhluk materi dan manusia tidak mungkin dapat berhubungan secara fisik dengan makhluk im-materi (yang terjadi adalah melalui mimpi atau secara ruhaniyah) Karena dunia ini adalah alam materi dan manusia adalah bagian dari alam maka segala yang terjadi di alam dan pada diri manusia adalah peristiwa materi dan berlaku hukum materi, tidak mungkin terjadi penyimpangan dan di luar hukum malam.
Penafsiran Muhammad Ali adalah penafsiran yang didasari kerangka pikir rasionalitas, realistis serta pemisahan tegas peristiwa-peristiwa akhirat dan keduniaan. Tidak hanya manusia, tetapi semua nabi tidak terlepas dari hukum alam yang di dalamnya mereka hidup. Karenanya, segala peristiwa dan kejadian yang dipandang luar biasa dan merupakan kelebihan Nabi berusaha dijelaskan Muhammad Ali sebagai kejadian alamiah yang memiliki kondisi dan hukum sebab akibat.
Metode penafsirannya adalah dengan penelusuran dan analisis semantik (akar dan arti kata) serta pendekatan historis dan budaya. Muhammad Ali mempergunakan segala jenis sumber yang menurutnya memberikan informasi sejarah yang akurat dan rasional. Jadi walaupun dikatakannya beliau hanya mempercayai hadits dari Bukhari, kenyataannya beliau mempergunakan kesemua kitab hadits (kutub al-tis‘ah) sebagai rujukan sepanjang menurutnya memberikan fakta sejarah yang benar dan logis dan, tentunya, sesuai dengan makna yang dia pahami.
Dan ketelitiannya terhadap konteks sejarah al-Qur’an membuat Muhammad Ali, ini mengagumkan, mengetahui secara detail alur dan kronologis kisah dalam al-Qur’an serta mampu menseleksi fakta-fakta sejarah yang terkait dengan keterangan ayat-ayat al-Qur’an dari kitab-kitab nabi-nabi terdahulu.
Muhammad Ali memiliki pemahaman tersendiri tentang pesan-pesan dominan Tuhan dalam susunan ayat-ayat al-qur’an. Pesan-pesan ini kemudian menentukan bagaimana Muhammad Ali mengkontekstualisasi suatu ayat dan mengkaitkannya dengan ayat yang lain, yang akhirnya mempengaruhi makna suatu ayat tertentu. Walaupun terkadang seperti dipaksakan tetapi Muhammad Ali telah berhasil menyodorkan al-Qur’an sebagai suatu kisah yang runtun dan pesannya saling terkait dan mendukung.
Lantas, apa saja contoh ayat-ayat Al-Quran yang di luar kebiasaan atau normalitas itu? Dan bagaimana corak rasional penafsiran Maulana Muhammad Ali menerangkannya?
Comment here