Artikel

Nubuat Nabi Suci Muhammad saw. yang terpenuhi pada zaman akhir

Tujuan pokok dibangkitkannya seorang nabi ialah untuk menghidupkan iman kepada Allah yang Maha Hidup dalam batin manusia. Untuk mencapai tujuan itu, para nabi menggunakan berbagai macam cara, antara lain dengan cara menyampaikan nubuat.

Nubuat, secara harfiah artinya kabar ghaib, adalah kabar yang diterima para nabi dari hadirat Allah Ta’ala tentang suatu peristiwa atau keadaan, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Nubuat disampaikan oleh Allah Ta’ala kepada para nabi dengan tujuan untuk menghidupkan dan memberikan semangat iman kepada para pengikutnya. Oleh karena itu, berkaitan dengan hal ini, seorang nabi biasa juga disebut Basyîr (pengemban kabar baik) dan Nadzîr (pemberi peringatan).

Demikian halnya juga dengan Nabi Suci. Beliau menerima berbagai nubuat yang berisi antara lain kabar kemenangan kaum mukmin maupun kehancuran kaum kafir. Qur’an Suci, firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Suci, juga banyak mengandung nubuat. Selain dalam Qur’an Suci, nubuat-nubuat yang diterima Nabi Suci juga terdapat dalam Hadits.

Nubuat yang diterima Nabi Suci semuanya pasti terpenuhi, baik pada zamannya, pada zaman sesudahnya, maupun pada zaman akhir ini. Terpenuhinya nubuat itu adalah untuk meng-hidupkan iman kepada Allah Yang Maha-hidup dan membuktikan kebenaran Qur’an Suci dan Nabi Suci.

Nubuat Nabi Suci yang terpenuhi pada zaman akhir antara lain Munculnya Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, Datangnya Nabiyullah Isa a.s., Revolusi dalam berbagai segi kehidupan, dan Kebangkitan Islam kembali

 

Munculnya Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj

Nubuat Nabi Suci berkenaan dengan kemunculan Ya’juj dan Ma’juj, diabadikan Allah dalam Qur’an Suci surat Al-Anbiya’:

“Dan haram bagi suatu kota yang telah Kami binasakan; mereka tak akan kembali. Bahkan tatkala Ya’juj dan Ma’juj dilepas dan mereka mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi.” (QS 21:95-96)

Dajjal identik dengan Ya’juj dan Ma’juj. Sebutan Dajjal menunjuk pada sifat atau agama, sedangkan Ya’juj dan Ma’juj menunjuk kepada sebuah bangsa. Karena itu, nubuat mengenai Ya’juj dan Ma’juj di atas, berkaitan erat dengan kemunculan Dajjal di akhir zaman, sebagaimana diriwayatkan dalam berbagai hadits, antara lain:

“Sejak terciptanya manusia hingga datangnya hari Kiamat tak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnahnya Dajjal” (Muslim).

Dajjâl berasal dari akar kata dajala (menutupi sesuatu), yang  berarti pembohong, menutupi kebenaran dengan kepalsuan, atau mengatakan hal-hal lahir yang bertentangan dengan batinnya. Nabi Suci menyebut mereka sebagai Masîhid-Dajjâl, artinya Masih Yang Palsu. Disebut demikian karena mereka mengaku sebagai pengikut Isa Al-Masih, tetapi menyimpang jauh dari ajaran beliau yang sebenarnya. Yang dimaksud Nabi Suci adalah agama Kristen yang, pada mulanya, dianut oleh bangsa-bangsa Barat. Penyimpangan ajaran yang mereka lakukan antara lain:

  1. Al-Masih a.s. mengajarkan bahwa Allah itu Esa (Markus 12:29-30), tetapi mereka mengajarkan bahwa Al-Masih adalah Tuhan yang wajib disembah (I Korintus 1:1-9; 12:3).
  2. Al-Masih a.s. mengajarkan bahwa nabi adalah orang tulus dan suci, tetapi mereka mengajarkan bahwa para nabi berdosa.
  3. Al-Masih a.s. mengajarkan bahwa setiap orang akan mendapat ganjaran atau hukuman yang sesuai dengan amal perbuatan-nya. Tetapi mereka mengajarkan bahwa barangsiapa percaya kepada ketuhanan Yesus dan kematiannya di atas salib, maka cukuplah itu untuk membebaskan diri dari dosa dan hukuman neraka (I Korintus 15:17).
  4. Al-Masih mengajarkan bahwa orang yang kaya tak akan masuk Kerajaan Sorga, tetapi mereka mengajarkan supaya umat manusia menumpuk-numpuk harta kekayaan.

Adapun halnya dengan Ya’juj dan Ma’juj, sebutan ini merujuk pada bangsa-bangsa yang mendiami benua Eropa. Penduduk Eropa berasal dari dua pokok suku bangsa, yakni bangsa Slavia dan Teutonia. Bangsa Slavia meliputi berbagai bangsa di wilayah Eropa Timur, sedangkan bangsa Teutonia meliputi bangsa-bangsa di wilayah Eropa Barat, seperti halnya Inggris dan Jerman. Kedua pokok suku bangsa itu semula mendiami daerah yang sama, yaitu di wilayah utara benua Asia. Hal ini diisyaratkan dalam Qur’an Suci surat Al-Kahfi [18]:83-99.

Ayat-ayat ini menguraikan kisah Dzulqarnain, seorang yang dianugerahi kekuasaan di muka bumi (18:84). Pada suatu masa ia mengadakan perjalanan ke berbagai jurusan utuk memperkuat tapal batas kerajaannya. Perjalanan ke barat sampai di suatu tempat di mana matahari terbenam di Laut Hitam (18:86). Perjalanan ke timur sampai di tempat terbitnya matahari (18:90). Selanjutnya ia meneruskan perjalanan ke utara hingga sampai di antara dua bukit (Armenia dan Azerbaijan), di sisi bukit itu ia bertemu dengan kaum yang hampir-hampir susah dimengerti pembicaraannya. Kaum itu minta agar dilindungi dari Ya’juj dan Ma’juj yang selalu membuat kerusakan (18:93-94). Dzulqarnain pun membuat tembok raksasa, sehingga Ya’juj dan Ma’juj tak mampu melubangi (18:96-97).

Dalam berbagai hadits, identitas Ya’juj dan Ma’juj dipertegas oleh Nabi Suci dengan disebutkan ciri-cirinya, antara lain:

  1. Bentuk badannya kekar dan kuat
  2. Roman muka dan kulitnya berwarna putih dan mengkilat
  3. Rambutnya ikal dan pendek
  4. Mata kanannya buta dan mata kirinya bersinar gemerlapan bagaikan bintang.
  5. Di antara dua matanya “tertulis kafir” yang hanya bisa dibaca oleh orang Islam saja, meskipun ia tak dapat membaca

Tiga ciri yang pertama cocok sekali dengan bentuk bangsa Eropa pada umumnya. Sedangkan dua tanda lainnya adalah lukisan dari keadaan ruhani mereka. “Mata sebelah kanan buta” melukiskan bahwa mata ruhani mereka buta, mereka tak mampu melihat ayat-ayat Tuhan Yang Esa. Sedangkan “mata kiri bersinar bagaikan bintang gemerlapan,” melukiskan ketajaman dan kepan-daian mereka melihat macam-macam barang duniawi. Hal ini juga diisyaratka Allah dalam firman-Nya:

“Orang-orang yang sesat usahanya dalam kehidupan dunia, dan mereka mengira bahwa mereka itu ahli dalam membuat barang-barang. Mereka adalah orang yang mengafiri ayat-ayat Tuhannya, dan (mengafiri) pertemuan dengan Dia” (QS 18:104-105).

Karena itu, tepat sekali jika Nabi Suci melukiskan bahwa pada dahinya (di antara dua matanya) terdapat tulisan “kafir”, yang hanya bisa dibaca oleh orang-orang beriman saja, meskipun mereka buta huruf. Jadi, tulisan “kafir” itu bukan tulisan sungguh-sungguh yang berbentuk huruf “k-a-f-i-r”. Tulisan tersebut lebih dalam arti ruhani.

Dalam Qur’an Suci (18:9), Dajjal, Ya’juj wa Ma’juj disebut juga sebagai Ash-hâbul­Kahfi war-Raqîm (penghuni gua dan ins-kripsi). Penyebutan ini jelas melukiskan sejarah umat dan agama Kristen. Ash-hâbul-Kahfi adalah gambaran umat Kristen pada zaman permulaan. Pada saat itu mereka hidup dalam biara-biara dengan meninggalkan sama sekali urusan keduniaan. Akan tetapi pada zaman akhir mereka membuang agamanya untuk keperluan dunia, maka dilukiskan dengan kata ar-raqîm, artinya bangsa inskripsi.

Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa Dajjal yang dimaksud dalam berbagai hadits nabi itu merujuk pada agama Kristen, dan Ya’juj dan Ma’juj adalah nama bangsa yang memeluk agama itu, yakni bangsa-bangsa Barat. Dengan demikian, fitnah-nya Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj adalah merajalelanya imperialisme Barat dengan agama Kristennya ke seluruh dunia, khususnya Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang pada umumnya beragama Islam dijajah dan ditindas secara semena-mena, tidak hanya secara jasmani, tetapi juga secara ruhani.

Sejak merajalelanya imperialisme Kristen Barat, timbullah bermacam-macam fitnah yang menyeluruh, meliputi segala aspek kehidupan, baik aspek agama maupun politik dan sosial, sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-Nya:

“Dan mereka berkata: Tuhan Yang Maha-pemurah memungut putra. Sesungguhnya kamu mengucapkan sesuatu yang memuakkan. Langit hampir-hampir pecah karena ucapan itu, dan bumi membelah dan gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka mengakukan seorang putra kepada Tuhan Yang Maha-pemurah. Dan tak pantas bagi Tuhan Yang Maha-pemurah untuk memungut putera. Tak ada seorang pun di langit dan bumi melainkan ia datang kepada Tuhan Yang Maha-pemurah sebagai hamba” (QS 19:88-93).

Ayat-ayat tersebut di atas menerangkan mengenai sesatnya ajaran Kristen yang menuhankan Isa Al-Masih dan menunjukkan betapa hebatnya kerusakan moral akibat dari penyebarluasan keyakinan itu. Karena, untuk menegakkan keyakinan tersebut, mereka menggunakan berbagai macam cara, misalnya:

  1. Mengkristenkan rakyat jajahan dengan paksa. Hal ini bisa disaksikan dalam gerakan Kritenisasi di Indonesia (Batak, Sulawesi Utara, dsb.), Ethiopia, Sudan dan sebagainya.
  2. Memperlakukan dengan baik terhadap rakyat jajahan yang mengikuti agama Kristen dan menindas barangsiapa yang menolaknya. Nabi Suci bersabda: “Ia (Dajjal) akan membawa gunung roti, semua orang dalam keadaan kesukaran, kecuali orang-orang yang mengikutinya.” (Kanzul Ummal, jilid 7, hlm. 2104).
  3. Memburuk-burukkan Islam, Qur’an Suci dan Nabi Suci.
  4. Berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya, seperti yang terjadi di Spanyol pada waktu runtuhnya Cordoba dan Granada.
  5. Mempersubur bid’ah dan Khurafat serta menyebarluaskan pendapat-pendapat keliru dari alim ulama Islam sendiri, misalnya Nabi Adam manusia pertama, Yesus lahir tanpa bapak, Yesus masih hidup di langit, dan sebagainya.
  6. Berusaha mengganti bahasa Arab dengan bahasa lain sebagai bahasa agama.
  7. Membawa manusia hidup materialistis dan sekuler, sebagai-mana dinubuatkan oleh Nabi Suci: “Ia (Dajjal) akan datang dengan membawa semacam sorga dan neraka dan apa yang ia katakan surga itu sebenarnya neraka” (Misykat, hlm. 473).
  8. Memperalat kaum wanita untuk merusak akhlak, sehingga akibatnya timbul pergaulan bebas, perbuatan cabul dan anak-anak tidak sah, seperti yang dinubuatkan oleh Nabi Suci: “Awas! Sebagian besar kawan dan pengikut Dajjal adalah kaum Yahudi dan anak-anak tidak sah” (Kanzul Ummal, jilid 7, hlm. 2998).
  9. Menghidupkan magisisme dan spiritisme, sehingga mereka mampu mendatangkan arwah orang-orang yang telah mati. Nabi Suci menubuatkan ini sebagai berikut: “Bersama-sama Dajjal akan dibangkitkan setan-setan yang mirip rupanya dengan orang-orang yang telah meninggal, apakah itu ayah atau saudara mereka” (Kanzul Ummal, jilid 7, hlm. 2065). Tetapi bagaimanapun pandainya, Dajjal tak akan mampu menghidupkan orang yang telah mati (QS 21:95).
  10. Mendirikan sekolah-sekolah sebagai pusat gerakan Kristeni-sasi. Di sini anak-anak dikristenkan, dicekoki pelajaran yang meneguhkan dogma Gereja dan mengandung serangan terhadap Islam dan sesamanya.
  11. Berusaha memperoleh kedudukan secara politik, mulai dari jabatan terendah sampai yang tertinggi.
  12. Menghidupsuburkan gerakan kebangsaan untuk melemah-kan Islam, misalnya: Fir’aunisme di Mesir, Funisia Baru di Syria, Persia Baru di Iran, Barbarisme di Afrika Utara, dan sebagainya.
  13. Bekerja sama dengan kaum Zionis Yahudi, seperti yang terjadi di Israel, Libanon, Amerika Serikat, dan sebagainya. Hal ini dengan jelas dinubuatkan Nabi Suci: “Dan di belakangnya ialah Dajjal, yang bersama-sama dia adalah tujuh puluh ribu orang Yahudi” (Kanzul Ummal, jilid 7, hlm. 2028).
  14. Mendirikan lembaga-lembaga sosial, seperti rumah sakit, panti asuhan, pengajaran cuma-cuma, mendirikan pusat-pusat belajar dan perpustakaan.
  15. Menyebarluaskan brosur-brosur, majalah, surat kabar dan radio, menguasai pusat-pusat pemberitaan, termasuk radio dan tv.
  16. Untuk memperlemah ekonomi umat Islam, mereka berusaha menguasai pusat-pusat perekonomian, daerah pantai dan pertambangan.
  17. Mengobarkan perang dan kekacauan, sebagaimana terjadi dalam Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Nabi Suci telah memberikan tiga pedoman agar selamat dari fitnahnya Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, yaitu membaca Qur’an Suci, zikir kepada Allah, dan mengikuti Masih Mau’ud.

Membaca Qur’an Suci bisa menyelamatkan diri dari fitnahnya Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, karena dalam Qur’an Sucilah Allah Ta’ala mengungkapkan siapakah Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj. Nabi Suci menerangkan bahwa barangsiapa hafal sepuluh ayat permulaan dan sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi akan selamat dari fitnahnya Dajjal.

Surat Al-Kahfi mengungkap dua aspek agama Kristen. Sepu-luh ayat permulaan menjelaskan asas pokok agama Kristen. Ayat keempat dengan tegas menyebutkan bahwa Qur’an Suci diturunkan “untuk memperingatkan orang-orang yang berkata: Allah telah memungut putra”, yang oleh Allah sendiri disebut sebagai kata-kata bohong yang mengerikan. Sementara itu, sepuluh ayat terakhir menerangkan keberhasilan bangsa-bangsa Dajjal di lapangan duniawi, yang menyebabkan kaburnya penglihatan mereka terhadap nilai-nilai spiritual yang luhung, karena kekafirannya terhadap ayat-ayat Tuhan.

“Katakanlah: Bolehkah kami beritahukan kepada kamu orang yang paling rugi perbuatannya? (yaitu) orang yang tersesat usahanya dalam kehidupan dunia, dan mereka mengira bahwa mereka pandai dalam membuat barang-barang. Mereka adalah orang yang menga-firi ayat-ayat Tuhannya, dan (mengafiri) pertemuan dengan Dia, maka sia-sialah amal mereka” (QS 18:103-105).

Karena itu, dengan membaca Qur’an Suci, kita akan mendapatkan dalil-dalil yang kuat untuk menangkis serangan dajjal. Dengan membaca Qur’an Suci, kita akan mengetahui dasar-dasar ajaran dan sejarah perkembangan kekristenan. Hanya dengan ini sajalah seseorang mempunyai dalil-dalil yang kuat untuk memberantas kejahatan Dajjal. Nabi Suci  bersabda:

“Maka apabila ia (Dajjal) muncul dan aku berada di sekelilingmu, aku akan mengalahkannya dengan dalil-dalil atas nama kaum muslimin; akan tetapi apabila ia muncul sesudahku, hendaklah tiap-tiap orang berbantah dengan dia atas namanya sendiri” (Kanzul Ummal, jilid 7, hlm. 2079).

Cara kedua untuk menyelamatkan diri dari fitnahnya Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj ialah ingat (zikir) kepada Allah. Dengan jalan ini seseorang akan makin dekat dengan Allah dan memperoleh daya ruhani yang mampu menangkis serangan Dajjal yang berupa bujukan duniawi yang menyesatkan, sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Suci saw:

“Sungguh Allah akan menyelamatkan orang mukmin dengan cara yang sama seperti Allah menyelamatkan para malaikat, yakni dengan mengagungkan (zikir kepada) Allah” (Kanzul Ummal, jilid 7, hlm. 2090).

Akhirnya, cara yang ketiga untuk menyelamatkan diri dari fitnahnya Dajjal adalah mengikuti Masih Mau’ud. Kedatangan Masih Mau’ud antara lain untuk membunuh Dajjal dan mematah-kan salib. Membunuh Dajjal artinya menolak kepalsuan Dajjal dengan menggunakan senjata “dalil”, karena Dajjal telah menyesatkan manusia dengan tipu muslihat yang halus dan dengan menimbulkan keragu-raguan dalam batin manusia. Adapun mematahkan salib itu artinya menolak dan membongkar keper-cayaan Kristen. Pokok kepercayaan Kristen itu ialah:

  1. Nabi Adam sebagai manusia pertama, telah berbuat dosa atas bujukan Hawa. Maka semua keturunannya mendapat dosa. Dosa Adam diwariskan kepada anak keturunannya.
  2. Tuhan Maha-adil, harus menghukum manusia karena dosa-dosanya. Akan tetapi kasih sayang Tuhan melebihi segalanya. Oleh sebab itu Tuhan mengirimkan putra-Nya yang menjelma menjadi manusia-tuhan, yaitu Yesus Kristus, yang mati terkutuk di atas tiang salib guna menebus dosa sekalian manusia.
  3. Barangsiapa yang percaya kepada Sang Penebus dosa ia akan diampuni dosa-dosanya dan akan masuk sorga, hidup yang kekal.

Masih Mau’ud membongkar kepercayaan sesat itu dengan dalil-dalil yang kuat, bahwa:

  1. Adam a.s. bukan manusia pertama. Pada saat Adam a.s. diutus sebagai nabi, kira-kira 4.000 tahun sebelum Masehi, di muka bumi telah banyak umat manusia. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci tanpa dosa. Dosa adalah barang baru yang datang kemudian, sebagai akibat perbuatan manusia yang menyimpang dari jalan yang benar.
  2. Allah itu Maha-esa, tidak berputra dan tidak diputrakan. Yesus Kristus (Isa Al-Masih) adalah manusia biasa, bukan Tuhan atau Tuhan Putra. Beliau tak pernah mengajarkan supaya orang mempertuhan beliau. Beliau tak mati di atas salib, karena ketika diturunkan dari salib beliau masih hidup. Beliau wafat secara wajar dalam usia lanjut dan dimakamkan di Srinagar, Kashmir.
  3. Sorga dan neraka itu ditentukan oleh amal perbuatan manusia, bukan karena kepercayaan kepada Yesus Kristus mati terkutuk di salib untuk menebus dosa manusia yang diwariskan oleh Adam.

Dengan mengikuti Masih Mau’ud, iman seseorang akan menjadi kuat dan orang akan mendapatkan dalil-dalil yang kuat sebagai senjata pamungkas untuk menghadapi fitnahnya Dajjal. Dajjal memang bisa dibunuh oleh Masih Mau’ud, tetapi Ya’juj dan Ma’juj tidak bisa dibunuh, karena kekuatannya yang tak terkalahkan.

Kejahatan Ya’juj dan Ma’juj itu di bidang politik, maka pembasmiannya tidak dengan dalil. Kejahatan mereka akan punah, karena pertempuran di antara mereka sendiri, sebagaimana diisyaratkan dalam QS 18:99. Atau, boleh jadi mereka akan terhindar dari kehancuran jika menerima Islam, sebagaimana diisyarat-kan oleh Nabi Suci bahwa pada zaman akhir “matahari akan terbit dari barat”.

 

Datangnya Isa Almasih

Nabi Suci menubuatkan kedatangan Nabiyullah Isa atau Ibnu Maryam pada zaman akhir sebagai berikut:

“Bagaimanakah kamu apabila Ibnu Maryam turun dari antara kamu dan ia menjadi imam kamu dari antaramu?” (HR Bukhari).

Senada dengan itu, Imam Muslim juga meriwayatkan suatu Hadits dari An-Nawwas Ibnu Sam’an, bahwa Nabi Suci setelah menyebut-nyebut Dajjal, menubuatkan turunnya Nabiyullah Isa di dekat menara putih di sebelah Timur Damsyik dengan mengenakan dua kain kuning.

Sehubungan dengan nubuat tersebut, umat Islam sepanjang zaman percaya dan mengharap-harapkan kedatangan Nabiyullah Isa Ibnu Maryam, meskipun kepercayaannya bermacam-macam. Setidaknya ada empat golongan yang memahami secara berbeda berbagai hadits tentang Nuzûlul-Masîh ini.

Pertama, tidak sedikit kaum muslimin yang meyakini bahwa yang akan datang itu ialah Nabi Isa yang dahulu diutus kepada Bani Israil. Sekarang ini beliau masih hidup di langit, dan kelak pada zaman akhir beliau akan turun ke dunia untuk berjuang memenangkan Islam. Ia akan berperang melawan orang-orang kafir bersama Imam Mahdi. Mereka tak akan berhenti berperang, selama musuh-musuh Islam belum mati di medan perang atau memeluk Islam. Keyakinan ini timbul karena mereka memahami berbagai hadits  yang berkenaan dengan Nuzûlul-Masîh secara harfiah.

Kedua, golongan yang meyakini bahwa yang akan datang bukanlah Nabiyullah Isa, melainkan hanyalah ajaran Nabiyullah Isa yang sebenarnya, yang mengajarkan bahwa Isa Al-Masih adalah makhluk Tuhan yang suci dan terpilih sebagai utusan Allah, bukan Tuhan atau anak Tuhan sebagaimana yang diyakini oleh Gereja, dan bukan pula anak yang tidak sah dan pendusta sebagaimana diyakini oleh kaum Yahudi. Pendapat ini didasarkan kepada gejala perubahan yang terjadi di kalangan Gereja sendiri.

Ketiga, golongan yang meyakini bahwa Nabiyullah Isa yang dijanjikan itu telah datang, tetapi bukan Nabiyullah Isa yang dahulu diutus kepada Bani Israil. Sebab, Nabiyullah Isa telah wafat secara wajar, dalam usia 120 tahun. Nabiyullah Isa yang dijanjikan kedatangannya itu ialah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani (1835-1908 M). Menurut mereka, Nabi Suci  bukanlah nabi yang terakhir, sebab Hazrat Mirza Ghulam Ahmad itu juga seorang Nabi. Pendapat ini lahir disebabkan karena mereka memahami berbagai hadits tentang Nuzûlul-Masîh secara setengah-setengah. Kata-kata “nabiyullah” dalam berbagia hadits itu difahami secara hakiki, sementara kata-kata “Isa Ibnu Maryam” difahami secara majazi.

Keempat, hampir mirip dengan golongan ketiga, golongan ini juga meyakini bahwa Nabiyullah Isa Ibnu Maryam itu telah datang, yang personifikasinya ada pada diri Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, sebagai Al-Masih yang dijanjikan. Tetapi prinsip dasar golongan keempat ini, yang berbeda bahkan berseberangan dengan golongan ketiga, adalah keyakinan bahwa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad bukanlah seorang nabi. Prinsip ini didasarkan pada dalil Qur’an Suci bahwa Nabi Suci Muhammad saw. adalah nabi yang terakhir (khatamun-nabiyyin), yang sesudah beliau tak akan datang nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru. Golo-ngan ini meyakini Hazrat Mirza Ghulam Ahmad hanyalah sebagai mujaddid (pembaharu) saja, karena beliau memang tidak pernah mendakwahkan diri sebagai nabi.

Keyakinan golongan keempat ini didasarkan pada berbagai hadits Nuzûlul-Masîh yang difahami secara majazi. Kata-kata “nabi-yullah” difahami secara majazi, demikian pula kata-kata “Isa Ibnu Maryam”. Semua ungkapan itu harus difahami secara majazi, sebab kata-kata nubuat, meramalkan tentang peristiwa yang akan terjadi.

Dalam sebuah hadits, kedatangan Masih dan Mahdi itu ditandai dengan terjadinya gerhana bulan dan matahari di bulan Ramadhan, yang peristiwa ini belum pernah terjadi semenjak terciptanya langit dan bumi. Hal ini telah dinubuatkan oleh Nabi Suci sebagai berikut:

 “Sesungguhnya Imam Mahdi mempunyai dua tanda yang belum pernah terjadi semenjak terciptanya langit dan bumi, yaitu terjadinya gerhana bulan pada malam permulaan bulan Ramadhan dan gerha-na matahari pada pertengahan bulan itu” (HR Daruquthni).

Gerhana bulan hanya terjadi pada tanggal 13, 14 atau 15 dari bulan Qamariyah, demikian pula untuk gerhana matahari, yaitu tanggal 27, 28, atau 29. Jadi yang dimaksud dengan gerhana bulan pada permulaan bulan Ramadan adalah tanggal 13, sedangkan yang dimaksud gerhana matahari pada pertengahan bulan itu adalah tanggal 28.

Gerhana bulan dan matahari dalam bulan Ramadhan telah berulangkali terjadi, tetapi tempatnya berlain-lainan. Tetapi pada tahun 1311 H (1894 M), gerhana bulan dan matahari pada bulan Ramadhan terjadi di suatu tempat, yaitu Punjab, India Utara. Gerhana bulan terjadi pada tanggal 13 Ramadhan 1311 H (22 Maret 1894 M) dan gerhana matahari pada tanggal 28 Ramadan 1311 H (6 April 1894 M). Berkaitan dengan hadits di atas, maka peristiwa ini menunjukkan bahwa Masih dan Mahdi yang dijanji-kan itu berasal dari daerah Punjab, India Utara tersebut. Pada saat itu, satu-satunya orang yang mendakwahkan diri sebagai Masih dan Mahdi adalah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, yang berdiam di desa Qadian,  Punjab. Berkenaan dengan hal ini, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sendiri menjelaskan:

“Dengan demikian jelaslah bagi saudara bahwa Imam Mahdi itu tidak muncul di negeri Arab atau Syam, karena tanda-tandanya tidak nampak di daerah itu, melainkan di daerah ini (Punjab). Bagaimana mungkin Imam Mahdi muncul di bumi bagian barat (Arab), padahal tanda-tandanya nampak di bagian timur (Punjab). Oleh sebab itu, di negeri Arab dan Syam tak ada yang mengaku sebagai Imam Mahdi. Sebaliknya saudara tahu bahwa atas perintah Tuhan serwa sekalian alam, aku berkata dalam beberapa tahun ini: “Aku adalah Masih Mau’ud dan Mahdi”, sedangkan saudara mengafirkan, melaknati, dan mendustakanku, padahal aku datang dengan membawa banyak tanda bukti.

Apakah saudara heran, jika pada permulaan abad ini, datang se-orang juru ingat kepada saudara, pada waktu agama Islam sedang dilanda bencana hebat, dan saudara sendiri sedang dilanda kese-satan? Apakah saudara tidak ingat akan firman Tuhan dalam kitab Suci-Nya, yang intinya memberi kabar baik kepada saudara tentang datangnya Imam Akhir Zaman? “Tsullatum-minal-awwalîn wa tsulla-tum-minal-âkhirîn,” artinya “kelompok besar dari bagian permulaan, dan kelompok besar dari golongan terakhir” (56:39-40). Tiap-tiap tsullah mempunyai imam sendiri-sendiri. Bagaimana saudara akan lari dari Imam akhir zaman?” (Nûrul-Haqq, hlm. 26).

 

Revolusi dalam berbagai segi kehidupan

Nabi Suci  telah menerima nubuat dari Allah tentang revolusi besar dalam berbagai segi kehidupan yang terjadi pada zaman akhir, antara lain sebagaimana termaktub dalam Qur’an Suci berikut ini:

“Tatkala matahari dilipat. Dan tatkala bintang-bintang menjadi gelap. Dan tatkala gunung-gunung dibikin musnah. Dan tatkala unta-unta ditinggalkan. Dan tatkala binatang-binatang buas dikumpulkan. Dan tatkala kota-kota dijadikan membengkak. Dan tatkala orang-orang dipersatukan. Dan tatkala anak perempuan yang ditanam hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh? Dan tatkala buku-buku disiarkan. Dan tatkala langit dibuka tutupnya. Dan tatkala Neraka dinyalakan. Dan tatkala sorga didekatkan. Tiap-tiap jiwa akan tahu apa yang ia siapkan.” (QS 81:1-14)

Ayat-ayat di dalam surat Al-Fathir tersebut mengandung banyak nubuat yang telah terjadi atau tergenapi secara sempurna pada zaman akhir ini. Berikut adalah uraian atau tafsir sekedarnya atas ayat-ayat di atas:

  1. Ayat pertama mengandung arti bahwa matahari akan kehi-langan cahayanya, yang berakibat pada binasanya alam semesta. Secara kalam ibarat, hal ini berarti kesengsaraan yang menimpa umat manusia, khususnya umat Islam, karena tidak melaksanakan ajaran Nabi Suci. Hal ini dilukiskan dalam sebuah hadits nabi yang menyatakan bahwa Islam tinggal namanya, Qur’an Suci tinggal tulisannya, masjid-masjid ramai tetapi sunyi dari petunjuk, dan sebagainya.
  2. Ayat kedua menubuatkan rusaknya para alim ulama Islam. Nabi Suci melukiskan mereka sebagai makhluk yang paling buruk di kolong langit, dan menjadi sumber fitnah di kalangan umat.
  3. Ayat ketiga mengisyaratkan bahwa rintangan besar yang menghalangi tersiarnya kebenaran Islam akan dimusnahkan. Kata jabal secara harfiah berarti gunung, tetapi dapat juga berarti kepala atau pemimpin. Ayat ini mengisyaratkan pula terjadinya perubahan-perubahan besar zaman sekarang ini. Banyak gunung diratakan dengan tanah untuk jalan raya, perumahan atau lahan pertanian.
  4. Ayat keempat ditafsirkan oleh Nabi Suci sendiri dengan ungkapan, “Unta-unta akan ditinggalkan sehingga tak digunakan lagi untuk berpergian dengan cepat.” Hal ini jelas menubuatkan peristiwa yang terjadi pada zaman akhir ini. Unta-unta sudah tak digunakan lagi sebagai alat transportasi, berganti dengan kereta api, kapal udara, dan mobil.
  5. Ayat kelima mengisyaratkan dikumpulkannya binatang-binatang liar di kebun binatang seperti sekarang ini.
  6. Ayat keenam dan ketujuh menubuatkan dengan jelas bahwa, berkat kemajuan peradaban, banyak manusia berkumpul di kota-kota besar. Di samping itu, persatuan manusia sekarang ini terjadi juga karena globalisasi, berupa semakin sempurnanya alat transportasi dan komunikasi. Melalui peradaban teknologi, bumi ini seolah menjadi semakin sempit. Adanya lembaga kemanusiaan tingkat internasional semacam PBB, Unesco, dll., adalah juga penyempurna nubuat ini.
  7. Ayat kedelapan dan sembilan menubuatkan bahwa kebiasaan jahiliyah menanam hidup-hidup anak perempuan akan dihilangkan setelah Islam menguasai seluruh tanah Arab. Selain itu, gerakan emansipasi wanita semakin menegaskan kesetaraan derajat antara laki-laki dan perempuan.
  8. Ayat kesepuluh dan sebelas mengisyaratkan berkembangnya ilmu pengetahuan, yang bisa menggoncangkan bumi dan mengeluarkan segenap isi kandungannya, sebagaimana diuraikan juga dalam QS 99:1-2.
  9. Ayat keduabelas menubuatkan rusaknya akhlak manusia. Dekadensi moral dan kemaksiatan merajalela di mana-mana, dan mengundang azab Allah kepada mereka. Terjadinya Perang Dunia I dan II yang dibarengi dengan peradaban materialisme dan kapitalisme adalah perwujudan dari nubuat ini juga.
  10. Ayat ketiga belas dan empat belas adalah nubuat yang mem-beritakan kabar gembira. Ayat ini memberitakan tentang datangnya juru selamat yang akan memimpin umat manusia kembali ke jalan yang diridlai Allah. Barangsiapa yang menerimanya, maka sorga akan menjadi dekat baginya.

Sejarah menjadi saksi terjadinya revolusi dalam berbagai segi kehidupan, teristimewa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan dampak positif dan negatifnya dalam kehidupan umat manusia. Dalam abad 19-20 Masehi, misalnya, sejarah mencatat penemuan-penemuan spektakuler yang mengubah kebudayaan manusia, antara lain: Kapal uap pertama oleh Fulton (1803), Mesin cetak tenaga mesin (1811), digunakannya kapal uap (1814), Kereta api uap (1825), Mesin penyabit dan pemetik (1831), Telegraph listrik (1836), Karet vulkanisir (1839), Photography (1839), Anes-thesi (1846), Mesin jahit (1846), Baja Bessemer (1856), Senapan mesin (1861), Kapal perang lapis baja (1862), Mesin tulis (1864), Teori kuman oleh Pasteur (1864), Rem angin (1869), Telephone (1876), Gramaphone (1877), Kereta api listrik (1879), Bola lampu listrik (1879), Mesin Gasolin (1883), Turbin uap (1884), Linotip (1885), Mobil (1892), Bioskop (1893), Sinar X (1895), Telegraph tanpa kawat (1895), Radio (1898), Otomotif (1901), Mekanisasi pertanian (1902), Radio telephone (1902), Turbin generator (1903), Pesawat terbang dikemudikan pertama (1908), Mesin tenaga surya (1908), Lampu pijar hampa udara (1910), Pemancar radio (1920), Insulin (1922), Pemancar televisi (1936), dan Komputer (1936).

Lima ratus tahun sebelumnya, selama hampir seribu tahun, para ilmuwan Islam dengan berbagai keahliannya menerangi peradaban dan kebudayaan manusia di dunia. Tetapi pada akhir millenium kedua ini, umat Islam jadi penonton dan konsumen hasil teknologi Barat. Umat Islam sendiri terjebak dalam pemujaan mazhab dan penyakit “takfirul muslimin”, persis sama seperti yang terjadi pada umat Kristen di abad pertengahan.

Memasuki millenium ketiga, pencapaian teknologi manusia telah sedemikian majunya, terutama yang meliputi listrik, otomotif, pesawat terbang, mekanisasi pertanian, komputer dan internet. Jika bangsa-bangsa Barat telah dapat mendarat di bulan dan telah siap untuk mendarat di planet lain, umat Islam setiap tahun cekcok “melihat bulan” untuk menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri, karena mengingkari nikmat Allah yang berupa ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

 

Kebangkitan Islam kembali

Nubuat tentang Kemenangan Islam diulang sampai tiga kali dalam Qur’an Suci, dengan kalimat yang sama, yakni di dalam 9:33, 48:28 dan 6:9.

“Dialah Yang mengutus utusan-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, agar Ia memenangkan itu di atas sekalian agama …” (QS 9:33).

Ayat di atas, dan dua ayat lainnya, semuanya diawali dengan ayat yang menerangkan tentang perlawanan keras terhadap Islam. Dalam surat 9:33 dan 61:9 perlawanan dilancarkan oleh kaum Kristen dan Yahudi, sedangkan dalam 48:28 perlawanan dilancarkan oleh kaum kafir Arab. Tetapi semua perlawanan terhadap Islam itu akan mengalami kegagalan total, dan akhirnya Islam akan memperoleh kemenangan yang gilang gemilang, seperti yang diuraikan dalam ayat tersebut di atas.

Hadits Nabi menerangkan bahwa kemenangan Islam ter-wujud dalam dua periode. Periode pertama terjadi pada zaman permulaan, yaitu pada zaman Nabi Suci dan tiga generasi berikutnya. Sedangkan tahap kedua pada zaman akhir, yaitu zamannya Al-Masih yang dijanjikan. Nubuat tersebut telah terpenuhi dengan sempurna dalam sejarah manusia.

Pada zaman Nabi Suci, Islam memperoleh kemenangan di seluruh Tanah Arab. Bahkan isyarat akan pesatnya kemajuan agama itu tiada taranya. Penyembahan berhala disapu bersih, sedangkan kaum Yahudi dan Kristen banyak yang menerima kebenaran dan memeluk Islam.

Dalam abad pertama Hijriah (632-732 M), umat Kristen Syria, Libanon, Yordania, Asia kecil, Mesir, Tunisia, Lybia, Afrika Utara, berduyun-duyun masuk Islam. Setelah terjadi persentuhan dengan agama-agama besar di dunia, seperti Zarathustra di Persia, Hindu dan Budha yang tersebar di India, Kashmir dan Afghanistan, lalu Kong Hu Cu di Cina, Islam merebut hati para pemeluk agama-agama itu. Banyak di antara mereka yang menjadi pemeluk Islam yang tulus. Islam pun akhirnya dapat menerangi dunia dari ujung Barat sampai ujung Timur, setelah dua kerajaan raksasa yang selalu bermusuhan, Romawi (Barat) dan Persia (Timur), lenyap dari muka bumi.

Akan tetapi kejayaan Islam itu hanya berlangsung selama tiga abad saja. Pasca abad ketiga Hijriah, Islam mengalami kemunduran, dan mencapai titik terendah dalam masa seribu tahun sesudah kejayaannya. Dunia pada waktu itu dikuasai oleh dua kerajaan raksasa, persis seperti pada masa Nabi Suci.

Pada zaman Nabi Suci, dua super power yang menguasai dunia adalah Imperium Romawi di dunia bagian barat dan Kekaisaran Persia di dunia bagian timur. Pada permulaan zaman akhir ini, dunia juga dikendalikan oleh dua super power yang menguasai wilayah Barat dan Timur, yang secara politis disebut Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat direpresentasikan oleh ajaran Kristen yang melahirkan sistem kapitalisme, dengan Amerika Serikat sebagai panglimanya. Sementara Blok Timur direpresentasikan Atheisme yang melahirkan sistem Komunisme, dengan Rusia sebagai pelopornya. Inilah yang dalam Qur’an Suci dan Hadits Nabi disebutkan sebagai merajalelanya Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj. Dua blok itu selalu berperang dan berlomba dalam bidang militer, politik, sosial, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayan, dan sebagainya.

Tetapi pada zaman akhir ini, Islam akan kembali mencapai kejayaannya, yang dinubuatkan Nabi Suci dengan istilah “terbit-nya matahari dari Barat”. Sehubungan dengan itu, Pendiri Gerak-an Ahmadiyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, pada tahun 1891 menerima ilham tentang tersiarnya Islam di Barat:

 “Hamba Allah yang lemah ini diberitahu bahwa “terbitnya matahari dari Barat” itu berarti Dunia Barat yang sejak dahulu tenggelam dalam kegelapan, kekufuran dan kesesatan, akan mendapat cahaya Islam. Aku melihat diriku berdiri di atas mimbar di Kota London dan menguraikan kebenaran Islam dalam bahasa Inggris dengan bukti-bukti yang kuat. Kemudian aku menangkap sejumlah burung yang hinggap di pohon kecil, berwarna putih, seperti burung merpati. Penglihatan dalam ilham ini aku terangkan, karena meskipun aku sendiri tak dapat pergi ke sana, namun tulisan-tulisanku akan tersiar di sana, dan banyak orang Inggris yang tulus akan menerima kebenaran Islam. Dengan segala kekuatan yang ada padaku, aku bermaksud menyiarkan ilmu dan rahmat yang dianugerahkan Allah kepadaku ke seluruh Eropa dan Asia …. Oleh karena itu aku berwasiat agar negara-negara itu dibanjiri dengan buku-buku yang baik. Jika sekiranya saudara-saudara suka menolong dengan ikhlas dan sepenuh hati, aku ingin menyiapkan tafsir Qur’an Suci untuk dikirimkan ke negara ini, setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris(Izala-i Auham, hlm. 769).

Sepuluh tahun kemudian beliau meletakkan batu pertama pembangunan tabligh Islam di Barat (1901 M), dengan menerbitkan majalah bulanan berbahasa Inggris bernama The Review of Religion, yang dipimpin oleh murid beliau yang setia, Maulana Muhammad Ali. Tujuh belas tahun kemudian (1917 M), Terjemah dan Tafsir Qur’an dalam bahasa Inggris karya Maulana Muhammad Ali, yang diisyaratkan oleh Pendiri Ahmadiyah, terbit. Tafsir ini kemudian tersebar luas dalam berbagai bahasa dunia.

Karya itu tersebarluas juga hingga ke Indonesia. Pada tahun 1928, H.O.S. Cokroaminoto menerjemahkan karya itu ke dalam bahasa Melayu. Pada tahun 1935, diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Raden Soedewo Parto Kusumo. Disusul kemudian penerjemahan ke dalam bahasa Jawa oleh Raden Ngabehi Minhadjurrahman Djojosoegito bersama Mohammad Mufti Sharif. Lalu pada tahun 1979, karya itu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Mohammad Bachrun.

 

Kejayaan Islam di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Islam diperkirakan masuk ke Indonesia mula pertama pada abad ketujuh Masehi. Pada abad-abad berikutnya, kerajaan-kerajaan Hindu seperti Pajajaran, Sriwijaya, dan Maja-pahit semakin lemah, dan akhirnya runtuh dan lenyap, berganti dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam. Islam pun kemudian berkembang pesat.

Dalam masa-masa awal pertumbuhan Islam di Indonesia, banyak berperan para ulama dan zuama, yang menjadi mubaligh Islam di berbagai wilayah di Nusantara. Sebagian dari mereka kita kenal dengan sebutan wali, dan yang termasyhur adalah Wali Songo. Jumlah mereka tidak terhitung banyaknya, tetapi yang termasyhur adalah sembilan wali, yakni Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajad, dan Sunan Muria.

Dengan tersebarluasnya Islam, bangsa Indonesia bebas dari pemujaan berhala dan pendewaan raja-raja. Di samping itu, mereka bisa menikmati hak-hak azasi yang dirindukan oleh setiap insan berupa kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan. Persatuan antarsuku bangsa seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan lain sebagainya dalam satu wadah nasional yang kukuh dapat diwujudkan. Semboyan yang dijunjung tinggi ialah Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Pada waktu fitnahnya Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj melanda bumi Nusantara, berupa penjajahan Portugis dan Belanda, para ulama dan zuama Islam ikut bangkit menentangnya. Peperangan besar seringkali terjadi, misalnya Perang Diponegoro di Jawa (1825-1830), Perang Padri di Sumatera Barat (1833-1837), Perang Aceh di Aceh (1837-1904), dan sebagainya. Meskipun perlawanan mereka dapat dipatahkan, tetapi jiwa tauhid mereka tetap mendorong untuk berjuang menghancurkan penindasan dan merebut kemerdekaan.

Kegagalan dalam perjuangan fisik menyadarkan mereka akan perlunya perjuangan melalui jalur politik dan sosial. Pada per-mulaan abad ke-20, lahirlah organisasi-organisasi dan gerakan-gerakan Islam di seluruh tanah air. Sejarah mencatat, beberapa tahun sebelum Budi Utomo didirikan (20 Mei 1908), telah lahir Syarikat Dagang Islam (SDI) pada tanggal 16 Oktober 1905 di Solo, yang kemudian pada tahun 1912 berubah menjadi Syarikat Islam. Tokoh pergerakan pada masa itu yang termasyhur antara lain H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agoes Salim.

Kemudian disusul berdirinya berbagai pergerakan antara lain Sumatra Thawalib (1907) di Sumatra Barat, Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Nahdlatul Ulama di Surabaya (1926), Gerakan Ahmadiyah (Lahore) Indonesia di Yogyakarta (1928), dan sebagainya. Semua pergerakan itu terus berjuang merebut kemerdekaan.

Akhirnya, melalui proklamasi kemerdekaan pada hari Jum’at legi tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB di Jakarta, yang dibacakan oleh putra Indonesia terpilih Soekarno-Hatta, Indonesia meraih kemerdekaannya. Setelah Indonesia merdeka, umat Islam Indonesia terus berjuang mengisi kemerdekaan dalam berbagai aspek kehidupan, untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera, di bawah naungan dan maghfirah Allah SWT.

Kejayaan Islam di Indonesia adalah juga salah satu wujud penggenapan nubuat atau ramalan Qur’an Suci tentang kejayaan Islam, sebagaimana dinyatakan dalam Surat 9:33, 48:28 dan 61:9 di atas.

 

Ditulis ulang dari Buku Tarikh Islam, Pendidikan Agama Islam untuk SMA/SMK kelas 1, Yayasan PIRI, Cetakan tahun 2014

 

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »