ArtikelIslamologiRamadhan

Nilai Puasa bagi Individu dan Masyarakat

women in hijab having picnic on the beach

Selain nilai-nilai akhlak dan rohani, puasa mempunyai juga nilai sosial. Bahkan boleh dikata, nilai sosial puasa lebih efektif daripada nilai sosial shalat.

Ketika shalat, orang-orang yang bertinggal di sekitar masjid, orang kaya maupun miskin, shalat berjama’ah berbaris bahu bertemu bahu menghadap Allah.

Tetapi ketika di rumah, mereka hidup dalam lingkungan keluarga yang jauh berlainan. Si kaya menghadap meja penuh makanan lezat, sementara si miskin hidup serba kekurangan.

Si miskin kerap kali menderita rasa lapar yang tak selalu dialami oleh si kaya.

Dengan datangnya bulan Ramadlan, seluruh kaum Muslimin di dunia, baik kaya maupun miskin, serempak menjalankan puasa, dan sama-sama mengalami rasanya lapar.

Jadi, melalui puasa Ramadlan, perbedaan sosial yang besar antara dua golongan di dalam masyarakat itu dapat disingkirkan.

Bagi si kaya, puasa adalah pengalaman yang dapat menumbuhkan empati terhadap si miskin. Empati itu mereka wujudkan dengan memperbanyak sedekah, dan teristimewa menunaikan zakat fitrah.

Terdapat hadits yang menerangkan, bahwa Rasulullah saw. adalah orang yang paling dermawan, terlebih lagi di bulan Ramadlan (HR Bukhari 1:1).

Menurut ilmu kedokteran, puasa memiliki nilai yang amat besar faedahnya bagi kesehatan jasmani. Penderita sakit, yang secara medis harus disembuhkan dengan jalan diet, cukup dilakukan dengan menjalankan puasa.

Berpantang makan pada saat yang biasa digunakan untuk makan, akan menambah besarnya nafsu makan. Pemberian istirahat selama satu bulan kepada alat pencernaan, akan menambah kuat alat itu.

Dan apabila alat pencernaan bertambah baik, maka semakin baiklah pertumbuhan badan jasmani manusia.Sama halnya seperti tanah yang diberi istirahat, akan menjadi lebih produktif.

Tetapi selain itu, puasa mempunyai nilai yang lebih penting lagi bagi jasmani manusia.

Orang yang tak dapat menghadapi keusakaran hidup, atau orang yang tak dapat hidup hari demi hari tanpa kesenangan, sesungguhnya tak pantas hidup di dunia. Orang semacam itu, jika pada suatu saat terlibat dalam kesukaran hidup, yang sesungguhnya bisa menimpa kapan saja, akan menjadi hilang kekuatannya.

Puasa membiasakan orang untuk menghadapi kesukaran hidup. Sebab, puasa adalah tempat praktek untuk memperbesar daya tahan hidup.

 

Dinukil dari Buku ISLAMOLOGI bab Puasa karya Maulana Muhammad Ali

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »