Pernikahan adalah amanah suci dan merupakan sunnah Nabi Muhammad saw, dalam rangka melanggengkan hidup manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Dan hari Pernikahan adalah suatu peristiwa besar dalam rangkaian kehidupan manusia.
Peristiwa akad nikah disaksikan Allah SWT, para malaikatNya, dinyatakan sah tidaknya oleh wali, disaksikan sanak keluarga dan dicatat oleh petugas negara. Akad nikah adalah suatu perjanjian luhur yang diucapkan, yang dalam Al-Quran disebut dengan mitsaaqan ghaliidha (QS 4:21).
Ucapan akad nikah itu singkat, tetapi mengandung makna yang amat dalam, karena bermakna penyerahan tanggung jawab dari wali kepada calon suami, yang bukan berlaku hanya di dunia ini saja, namun suatu tanggung jawab sampai ke hadapan Allah SWT.
Ijab kabul tidak semata-mata bertemunya dua anak manusia berlainan jenis, namun membawa bersatunya dua keluarga. Ini berakibat terjadinya perubahan status hukum bagi yang terlibat, mengubah beberapa hal yang haram menjadi halal, dan sebaliknya yang halal menjadi haram.
Berkenaan dengan hal ini, perkenankanlah saya mengingatkan kepada kedua mempelai dan kepada hadirin yang berbahagia.
Ananda Mempelai Pria. Setelah hari akad nikah ini, ananda tidak sendiri lagi dalam mengarungi hidup. Ananda mempunyai tanggung jawab terhadap istri ananda. Kehidupan berkeluarga yang selama ini ananda memahami dan meyakininya dalam tataran ‘ilmu yaqin, akan meningkat pada tataran ‘ainul yaqin dan selanjutnya ananda rasakan sebagai tataran haqqul yaqin, tataran keyakinan paling tinggi karena mengalaminya.
Setiap ananda melangkah untuk setiap hal apapun, sadarilah bahwa akibat yang akan terjadi tidak hanya mengenai diri ananda sendiri, tetapi juga pada semua keluarga ananda.
Hayatilah bahwa dalam setiap kegembiraan apapun yang ananda dapatkan, itu bukan semata-mata karya ananda sendiri, karena sesungguhnya istri ananda selalu mendampingi dengan kekhusyukan doa dipenuhi rasa cinta dan pengharapan.
Dan di saat cobaan menimpa, rasakanlah bahwa ananda sesungguhnya tidak sendiri, karena ada kekuatan lain yang ikut menanggung dengan kesabaran, ketulusan dan penuh kasih sayang.
Oleh karena itu, pergaulilah istri ananda dengan baik, sebagaimana janji yang ananda ucapkan. Dia adalah amanah Allah yang ananda dapatkan dengan memohon ijin kepada walinya, dan walinya menyerahkan dia kepada ananda dengan ikhlas dan penuh kepercayaan.
Sejak ananda mendapatkan amanah dari walinya, anandalah yang akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Ananda adalah pemimpin, sebagai panutan bagi istri yang telah memberikan segala baktinya, untuk langkah-langkah di masa depan.
Setidaknya ada tiga Kewajiban ananda kepada istri ananda. Pertama ngayomi, yakni memberikan ketenteraman moril dan nafakah batiniah kepada istri ananda. Kedua ngayani, yakni memberikan nafakah material kepadanya. Dan ketiga ngrangkani, yakni membentuk dan memberikan pedoman-pedoman kehidupan yang sesuai dengan sunnah Rasulullah saw.
Bertakwalah kepada Allah, dan berkatalah dengan kata-kata yang benar. Ia akan membetulkan perbuatan kamu, dan akan menghapus dosa-dosamu. Dan barangsiapa taat kepada Allah dan utusanNya, maka benar-benar ia mendapat kebahagiaan yang besar (QS Al-Ahzaab : 70-71)
Kepada ananda mempelai wanita. Setelah pernikahan ini, ananda telah berubah tidak seperti hari-hari sebelumnya. Ananda telah menjadi milik suami, sudah menjadi tanggung jawab penuh suami ananda. Kewajiban ananda adalah ngabekti, ngladeni, dan nglayani.
Ananda adalah pemimpin rumah tangga dan akan banyak menentukan akan menjadi apakah rumah tangga keluarga nantinya: menjadi surga yang menyejukkan bagi siapapun yang singgah, atau justru menjadi bara yang menyengat bagi siapapun yang masuk.
Pedomanilah selalu hadis Rasulullah saw, baiti jannati, rumahku adalah sorgaku.
Ananda berdua harus berbagi kekuatan, dan saling menutupi kelemahan. Dengan halus, Allah mengungkapkan dalam Firman-Nya, “Istri adalah pakaian bagi suami, dan suami adalah pakaian bagi istri.” (QS 2:187)
Perbedaan pendapat janganlah menjadi kerapuhan dalam rumah tangga, tapi jadikanlah sumber harmoni baru yang akan membentuk simfoni kehidupan yang merdu, penuh kasih sayang dan makin menyejukkan suasana kehidupan rumah tangga.
Ananda mempelai pria dan ananda mempelai wanita yang berbahagia. Kami semua hadir menyaksikan peristiwa agung pernikahan ananda berdua hari ini, sangat menaruh harapan besar kepada ananda berdua, sebagaimana Rasulullah saw mengharapkan pada putrinya yang tercinta Fatimah dan menantunya Ali bin Abi Talib di hari pernikahannya.
Semoga Allah menghimpun yang terserak dari keduanya, memberkahi mereka berdua dan kiranya Allah akan meningkatkan kualitas keturunan mereka. Menjadikannya pembuka pintu rahmat, sumber ilmu dan hikmah serta pemberi rasa aman bagi umat.
Ananda berdua telah membuat keputusan besar dalam hidup ini, bahkan sampai ke akhirat. Oleh karena itu janganlah pernah berputus asa barang sesaat pun dalam hubunganmu dengan Allah, Tuhan yang menciptakan dan yang menyempurnakan segenap isi alam ini. Senantiasalah mohon petunjuk-petunjuk dan bimbingan-Nya.
Kehidupan keluarga adalah ibarat perahu layar yang meluncur di atas samudera luas, melaju dihembus angin buritan. Suami memegang kendali, istri memegang layar. Namun tak jarang angin taufan dan badai menerpa.
Perahumu adalah takwa. Kemudi dan layarmu adalah quran dan sunnah nabi. Bekalmu adalah amal, dan kemudian kurangilah beban. Bebanmu adalah kesalahan-kesalahan, kekhilafan-kekhilafan, hati yang kotor. Kurangilah beban perjalananmu itu dalam menempuh kehidupan ini.
Ananda berdua tidak perlu khawatir, selagi keteguhan iman, ketakwaan dan kecintaan ananda kepada Allah sungguh-sungguh teramat kuat. Insya Allah, selamat mencapai sakinah, mawaddah, warahmah.
Karena itu, senatiasalah bermohon kepada Allah SWT, Yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, Yang kuasa-Nya meliputi segenap isi alam, dan Yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya.
Barakallahu laka wabarka alaika. Rabbana hablana min ajwajina wa dzuriyatina qurata ‘ayun waja alna lil mutaqina imama.[]
Oleh: Nanang Rahmatullah Ibnu Iskandar Ismullah
Comment here