Innallaaha yab’atsu li haadzihil ummati ‘ala ra’si kulli miatin sanatin man yujaddidu lahaa diinahaa
“Dengan sesungguh-sungguhnyalah, maka buat Umat ini (Perikatan Muslim) pada permulaannya tiap-tiap abad yang baru, Allah hendak menurunkan seorang yang akan membangkitkan pula mereka ampunya agama” – Sabda Nabi yang Suci Muhammad saw.
Inilah satu hadits Nabi yang harus dipercaya, yang menjanjikan timbulnya seorang pengubah (hervormer) daripada antara orang-orang Islam pada permulaannya tiap-tiap abad dalam perhitungan tahun Islam.
Pertama-tama sekali hendaklah kita nyatakan pekerjaan yang sebenar-benarnya, yang dilakukan oleh pengubah-pengubah yang demikian itu. Mereka itu datang tidak dengan membawa satu kebenaran (hak) yang baru, tidak membawa azaz-azaz yang baru, tidak membawa pedoman kelakuan yang baru.
Quran yang suci adalah satu kitab yang genap lengkap bagi pimpinan peri-kemanusiaan, berisi segala keperluan, memenuhi segala kebutuhan yang mengenai kebenaran-kebenaran (hak-hak) keagamaan. Pengubah-pengubah yang tersebut itu tiadalah hendaknya menambahi barang sesuatu yang sudah ada di dalam Quran yang suci itu.
Barang apa yang mereka berbuat, yaitu mempersatukan orang-orang Islam, yang telah menyimpang dari jalan Islam yang benar, dikembalikan pula kepada jalan Islam yang benar itu. Mereka mempergunakan kekuatannya untuk membersihi Islam daripada segala faham yang salah dan untuk membangkitkan orang-orang Islam akan menuntut penghidupan Islam yang sebenar-benarnya. Sifat dan tabiatnya pekerjaan-pekerjaan mereka adalah ditentukan oleh keusahan-kesusahan teristimewa yang ada pada kalanya mereka ditimbulkan.
Bahwasanya Hadits yang tersebut di atas itu memang sungguh mengandung barang yang benar, maka hal itu bukan saja bersandar kepada kitab-kitab tentang Hadits yang boleh dipercaya, tetapi ada lebih lagi, yaitu bahwasanya Hadits yang tersebut tadi telah ternyata benarnya dalam tiap-tiap abad sesudah wafatnya Nabi kita yang suci.
Telah kejadianlah ada orang-orang suci di antara orang-orang Muslim, yang dengan sesungguhnya telah melakukan kewajiban menjadi Mujaddid dalam zamannya masing-masing. Nama Mujaddid Alfi-Tsani (makna menurut perkataan: Mujaddid dari ribu yang kedua, yaitu abad ke-11) masyhurlah di dalam negeri Hindustan. Pada permulaannya abad yang ke-11 ia pun menerangkan bahwa ia telah dititahkan bekerja sebagai satu Mujaddid buat abad itu, dan ia bekerja untuk menyatakan benarnya hadits yang tersebut.
Oleh karena itu maka sedikit pun tidak bisa ada kebimbangan tentang benarnya Hadits ini. Tiap-tiap kebimbangan yang serupa itu adalah berarti satu pendakwahan yang keras terhadap kepada Mujaddid yang tersebut di atas, yang kesetiaannya kepada barang yang benar dan kesucian hidupnya ada diakui oleh segenap dunia Islam. Begitu pun persangkaan orang, yang menyangka bahwa seorang Mujaddid tidak harus mempermaklumkan pekerjaan dan kewajibannya kepada orang ramai, maka persangkaan yang sedemikian itu sama sekali tidak ada alasannya.
Bukan saja Mujaddid dari abad ke-11 ini telah memperumumkan pekerjaannya dengan nyata-nyata, tetapi sebagaimana dipertunjukkan oleh ceritera-ceritera yang boleh dipercaya, maka telah kejadianlah ada lain-lain Mujaddid, yang dengan sungguh-sungguh menuntut akan diakui pekerjaannya sebagai Mujaddid itu.
Oleh karena itu maka adalah dua perkara yang nyata dengan seterang-terangnya. Seorang Mujaddid haruslah timbul pada permulaan tiap-tiap abad dan Mujaddid itu harus memperumumkan kewajibannya kepada orang ramai dengan seluas-luasnya. Sesuai dengan kebenaran-kebenaran yang telah nyata ini, maka Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian adalah dititahkannya bekerja sebagai Mujaddid pada permulaannya abad ke-14, dan disebutnya bahwa Mujaddid yang baru ini tidak merahasiakan perkara itu.
Bersetujuan dengan adat-kebiasaannya Mujaddid-mujaddid yang telah lalu lebih dulu, maka Mujaddid yang baru ini memperumumkan kewajiban (menurut Hadits) yang telah dipikulkan padanya. Bersamaan waktu dengan permaklumannya menjadi Mujaddid, maka terbitlah dia punya kitab yang tak ada bandingannya bernama Brahin-i Ahmadiyya.
Dengan sebenarnya kitab ini haruslah dianggap menandakan datangnya satu zaman baru bagi bacaan-bacaan tentang Islam. Di dalam kitab yang besar ini ia pun menunjukkan satu banjaran yang panjang dari hal sebab-sebab dan alasan-alasan yang nyata dan tak boleh disangkalnya pula, untuk menetapkan kebenarannya Islam.
Dalam pada itu pun ia membicarakan lain-lain agama, yang dijadikannya kepada penerangannya ingatan, yang bertambah nyata pula menunjukkan keindahan-keindahannya Islam. Tidak perlu kami katakan bahwa kitab yang tersebut itu diterima dengan kegembiraan oleh kaum Muslimin. Teristimewa Ulama pun sangatlah terkena hatinya oleh kepentingannya alasan-alasan dan kekuatannya keyakinan yang dinyatakan di dalamnya.
Dalam satu pemandangan, termuat dalam satu surat kabar bernama Isyaatus-Sunnah, adalah diakui dengan nyata-nyata bahwa jasa yang ditunjukkan oleh si pengarang kepada Islam dengan lantaran menerbitkan kitab yang sebesar harganya itu, sungguh tak ada bandingannya dalam waktu tiga belas abad yang telah lalu. Sesudahnya itu maka Mujaddid yang tersebut (Mirza Ghulam Ahmad) lalu menyelidiki pergerakan Arya Samaj, yaitu satu golongan baru dari kaum agama Hindu, dan di dalam satu kitab yang menunjukkan fikirannya yang amat tajam, ialah kitab bernama Surma-i Casmii Arya, memberilah ia satu pukulan yang menghancurkan kepada azas-azasnya pergerakan itu.
Begitulah dimuliakannya pekerjaannya pengubas besar dari abad yang ke 14 ini. Sedangnya keuntungan-keuntungan yang diperolehnya dalam dunianya kaum berilmu itu menyebabkan ia mendapat kehormatan umum dari orang-orang yang hidup sezaman dengan dia, maka kesalehan hidup dan pengaruh doanya pun menyebabkanlah ia menjadi tempatnya orang mencari kebenaran (hak). Kehormatan yang ia mendapat daripada orang-orang Muslim, tiadalah ada bandingannya – dan itulah sudah selayaknya menimbulkan segala kehormatan yang tersebut.
Abad ke-14 sudah mulai. Adalah hadits yang menyebutkan timbulnya satu Mujaddid dan adalah orangnya yang benar-benar tersedia menjabat pangkat itu, tentang kealiman dan kesalehan hidupnya, tiadalah orang yang boleh dibandingkan dengan dia. Sudah seharusnyalah ia mendapat kehormatan itu.
Kecuali Hadits, maka keadaannya perkara-perkara dalam dunia Islam ada memanggil lebih keras pula akan kedatangannya seorang pengubah yang demikian itu. Pada ketika itu Islam ada di antara dua api. Di dalam kalangan Islam sendiri adalah perbantahan-perbantahan dan perselisihan-perselisihan kepada Islam yang sangat hebatnya.
Walau kiranya lebih dulu tidak pernah ada timbul seorang pengubah di dalam riwayat Islam, dalam masa ini pun terpaksalah timbul seorang pengubah juga. Begitu berbahayalah keadaan Islam. Tetapi sebelum datangnya seorang raksasanya ilmu dan kebatinan yang demikian itu, maka peri-keadaannya hampirlah tak boleh diperbaikinya lagi. Allah subhanahu wa ta’ala tidak suka membiarkan agamanya menjadi lenyap. Dia telah bersanggup sendiri akan melindungi agama itu.
Wa inna lahuu lahaafidzuun
“Sesungguhnyalah, Kami yang menjadi perlindungannya.”
Sudah sampailah waktunya datang seorang yang mempertahankan Islam daripada musuh-musuhnya, baik dari dalam maupun dari luar. Akhirnya datanglah ia pada saat yang berbahaya itu, dan kalau kiranya ia tidak datang, maka bukan saja Hadits yang tersebut itu tinggal tidak nyata benarnya, tetapi jugalah sia-sia belaka kesanggupan Allah tentang perlindungan Islam itu.
Oleh karenanya maka sekarang sudah dipenuhilah baik Hadits maupun kesanggupan Allah dalam Quran tentang perlindungan Islam, yaitu dengan lantaran timbulnya Mujaddid berupa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad itulah adanya.[]
________________
Dinukil dari Da’watoel-‘Amal (Pengajakan Bekerja) oleh Maulana Muhammad Ali, Presiden Ahmadiyah Anjuman Isha’ati Islam, Lahore (Hindustan). Disalin oleh Oemar Said Tjokroaminoto, Presiden Central Sarikat Islam Yogyakarta (Jawa). Diterbitkan oleh Mirza Wali Ahmad Baig, Muballighul-Islam, Utusan Pergerakan Ahmadiyah, Yogyakarta (Jawa). Tanpa Tahun Terbit. Hal. 11-15.
Comment here