Kristianologi Qurani

Muhammad saw. sebagai Batu Penjuru Dunia: Penggenapan Nubuat Nabi Daud a.s.

“Dan umumkanlah ibadah haji kepada manusia, mereka akan datang kepada engkau dengan jalan kaki, dan dengan naik setiap unta yang kurus, yang datang dari tiap-tiap jalan yang jauh. Agar mereka menyaksikan berbagai keuntungan (yang diberikan) kepada mereka, dan agar mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang ditentukan atas apa yang Allah rezekikan kepada mereka berupa binatang ternak”. (Al Hajj 22:27-28).

 

Riwayat Nabi Daud AS.

Selama 40 tahun bani Israel dipimpin oleh Nabi Musa AS, meninggalkan Mesir dan mengembara di padang belantara Sinai. Pada masa itu sebagian besar orang dewasa Bani Isreal telah meninggal dunia sebelum memasuki Negeri yang Dijanjikan, Tanah Kanaan (2:243). Setelah Nabi Musa AS, wafat maka bani Israel dipimpin oleh Yosua, dan dibawah kepemimpinan Yosua inilah Bani Israel bisa memasuki Negeri yang Dijanjikan (5:23) dengan menyeberangi Sungai Yordan hingga akhirnya mereka bisa menduduki tanah yang dijanjikan dengan menaklukkan suku-suku asli tanah Kanaan.  Tanah yang telah mereka kuasai lalu dibagi-bagi kepada duabelas suku Bani Isreal, dan sebelum Yosua wafat maka beliau berpesan kepada bangsanya agar selalu berbakti kepada Allah. (Yosua 24:14-15).

Setelah menduduki Tanah Kanaan, bani Israel ingin agar tanah itu dapat dia kuasai selama-lamanya. Karena bahaya setiap saat mengancam kekuasaan mereka atas Tanah Kanaan, maka mereka selalu siap setiap saat untuk menghadapi segala kemungkinan dari serangan yang mengancam. Untuk memimpin dan mempersatukan keduabelas suku itu maka dirasakan perlunya ada seorang raja Israel yang patut untuk ditaati. Maka diangkatlah Thalut, putera Kisy dari suku Benyamin untuk menjadi raja Israel yang pertama (+/-) 1020 SM, yang dinobatkan oleh Nabi Samuel. Penobatan ini membuat sebagian kalangan Bani Israel bersungut-sungut karena Thalut berasal dari suku kecil dan miskin (2:246-247).

Dibawah bimbingan Nabi Samuel, Thalut mengendalikan kerajaan Israel yang baru berdiri. Banyak musuh yang telah ditaklukkan akan tetapi ia belum mampu membebaskan kerajaannya dari ancaman bangsa Filistin yang dipimpin oleh Jalut. Pada waktu Thalut membawa pasukannya untuk menyerang Jalut, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sungai, maka barangsiapa minum daripadanya, ia bukanlah dari golonganku, dan barangsiapa tak menikmati itu, ia benar-benar dari golonganku, terkecuali orang yang menyauk sesauk dengan tangannya”. Lalu apa yang terjadi? Mereka bani Israel itu meminum air sungai itu sepuas-puasnya karena kehausan. Sedangkan orang-orang yang beriman diantara mereka tetap tidak meminum air sungai itu kecuali hanya sesauk saja sekedar untuk pelepas dahaga mereka. Jumlah mereka hanya sebagian kecil dari pasukan Thalut.

Setelah melewati sungai itu orang-orang yang tipis imannya nampak mulai minggalkan barisan tidak berani untuk maju ke medan peperangan untuk melawan Jalut. Sebaliknya sebagian kecil orang-orang yang kuat imannya terus maju ke medan perang, sambil mereka berkata “Kerapkali golongan kecil mengalahkan golongan besar dengan izin Allah! Dan Allah menyertai orang-orang yang sabar.” (2:249). Di medan perang mereka berdoa kepada Allah SWT: “Ya Tuhan kami , tuangkanlah kesabaran kepada kami, dan kuatkanlah langkah kami, dan tolonglah kami mengalahkan kaum kafir.” (2:250)

Dalam peperangan tersebut Jalut terbunuh secara ajaib oleh salah seorang tentara Thalut yang  muda belia, bernama Daud (2:251). Peristiwa ini membuat Daud seketika menjadi pahlawan. Dan hal ini yang membuat Daud secara cepat mendapatkan mahkota kerajaan Israel. Maka setelah Thalut meninggal dalam suatu peperangan, Daud dinobatkan sebagai raja di Hebron, yang memerintah dari +/- 1000 – 960 SM. Pada masa pemerintahan Daud kerajaan Israel perlahan-lahan mencapai masa kejayaannya, yang wilayahnya terbentang dari sungai Eufrat sampai Laut Tengah dan Yerusalem ditetapkan sebagai Ibukota kerajaan, serta bahasa Ibrani ditetapkan sebagai bahasa nasional mereka. Daud adalah seorang raja yang amat masyhur, ahli perang, bijaksana dan juga seorang seniman. Hal ini diuraikan dalam Qur’an Suci 34:10-11 dan 38:17-26.

 

Nubuat Nabi Daud AS

Seringkali Nabi Daud AS, dan Nabi Isa AS, disebutkan secara khusus dalam Qur’an Suci, karena kedua Nabi tersebut menggambarkan dua aspek keluhuran bangsa Israel yang berlainan. Nabi Daud AS, menggambarkan keluhuran bangsa Israel dilapangan duniawi, dan Isa Al Masih menggambarkan keluhuran bangsa Israel dilapangan rohani. Namun kedua nabi tersebut memuji Nabi Suci Muhammad SAW. Dalam salah satu nyanyian pujian kepada Tuhan Nabi Daud AS, menubuatkan kedatangan Nabi Suci Muhammad SAW, sebagai berikut:

“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal ini terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan  ajaib dimata kita. Inilah hari yang dijanjikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersuka cita karenanya! Ya Tuhan berilah kiranya keselamatan, ya TUHAN berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan. Tuhan lah Allah, Dia menerangi kita. Ikatkanlah korban hari raya itu dengan tali, pada tanduk-tanduk mezbah”. (Mazmur 118:22-27)

Nubuat tersebut diulang dan dilengkapi oleh Isa Al Masih (Yesus Kristus) sebagai berikut:

“Belum pernahkah kamu baca dalam kitab suci? Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru; hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib dimata kita. Sebab itu, aku berkata kepadamu, bahwa kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah kerajaan itu” (Matius 21:42-43).

Dari ayat-ayat tersebut diatas ada lima isyarat yang menjadi dalil tentang kedatangan Nabi Suci Muhammad SAW, yaitu:

Pertama: Kalimat “batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan”, ini mengisyaratkan “dibuangnya” Bani Ismail dan ibunya Siti Hajar; sedangkan yang membuangnya ialah Siti Sarah, ibunda Ishak nenek moyang bangsa Israel. Dalam Bibel ada dua ayat yang mengisyaratkan hal tersebut sebagai berikut:

“Berkatalah Sarah kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak” (Kejadian 21:10)

Maksud ayat tersebut diatas ialah bahwa bangsa Israel menganggap Ismail sebagai orang buangan, dan perjanjian Tuhan hanya dianggap berlaku bagi keturunan Ishak saja. Lebih-lebih ketika dikalangan Bani Israel dibangkitkan para nabi secara beruntun sedangkan dikalangan bani Ismail tak seorang nabipun dibangkitkan, hal ini memperkuat anggapan Bani Israel bahwa Ismail dan keturunannya benar-benar sebagai orang buangan. Anggapan sesat inilah yang menyebabkan hati mereka menjadi keras dan menolak nabi dari keturunan Bani Ismail, yaitu Nabi Suci Muhammad SAW, yang kedatangannya sebenarnya sangat mereka harapkan (2:89). Allah SWT menerangkan kekerasan hati bangsa Israel sebagai berikut:

“Sesungguhnya engkau akan menemukan kaum Yahudi sebagai orang yang paling keras memusuhi orang-orang yang beriman demikian pula orang-orang musyrik” ( Al Ma’idah 5:82)

Sejarah pun menyaksikan kebenaran ayat tersebut. Sampai hari ini yang paling keras memusuhi orang-orang beriman pengikut Nabi yang dijanjikan oleh Nabi Musa AS, ialah bangsa Israel (Kaum Yahudi).

Kedua: Kalimat “Telah menjadi batu penjuru”. Arti kalimat tesebut telah cukup jelas yaitu menunjuk kepada Ka’bah di kota Mekkah. Ka’bah adalah bangunan kuno yang pernah dipugar oleh Nabi Ibrahim AS, dan Nabi Ismail AS. sejak tahun 634 M, Ka’bah telah ditetapkan Ilahi menjadi batu penjuru (Kiblat), menggantikan Bait Allah di Yerusalem. Hal ini dilakukan Tuhan untuk membedakan siapa yang mengikuti nasehat Nabi Musa AS, dan para Nabi sesudahnya (5:68). Perubahan kiblat tersebut mengikuti petunjuk Nabi Daud AS, dan Nabi Isa AS, merupakan “Suatu perbuatan yang ajaib di mata kita”  (mazmur 118:23; Matius 21:42). Maka berat untuk menerimanya, kecuali orang yang mendapat petunjuk Ilahi, sebagaimana dinyatakan Ilahi dalam firmanNya:

“Dan  Kami tak membuat apa yang kau inginkan sebagai kiblat selain agar Kami dapat membedakan siapa yang mengikuti Utusan dan siapa yang berbalik diatas tumitnya. Dan sesungguhnya ini adalah ujian berat, terkecuali bagi mereka yang mendapat petunjuk Allah” (Al Baqarah 2:143).

Ketiga: Kalimat “Inilah hari yang dijanjikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersuka cita karenanya!”  (Mazmur 118:24). Dalam Bibel cetakan tahun 1948, ayat itu berbunyi “Maka inilah hari, yang telah diadakan oleh Tuhan; marilah kita bersuka-sukaan dan tamasya padanya”. Hal ini menunjuk kepada Ibadah Haji, rukun Islam yang kelima, yang wajib dikerjakan disekitar “batu yang dibuang, yang telah menjadi batu penjuru” di Mekkah. Allah berfirman sebagai berikut:

“Dan umumkanlah ibadah haji kepada manusia, mereka akan datang kepada engkau dengan jalan kaki, dan dengan naik setiap unta yang kurus, yang datang dari tiap-tiap jalan yang jauh. Agar mereka menyaksikan berbagai keuntungan (yang diberikan) kepada mereka, dan agar mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang ditentukan atas apa yang Allah rezekikan kepada mereka berupa binatang ternak”. (Al Hajj 22:27-28).

Dalam “tamasya” itu disertai dengan seruah-seruan kebahagiaan menyebut nama Allah: “Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan! Ya Tuhan berilah kiranya kemujuran!” (Mazmur 118:25). Doa ini jelas menunjuk kepada thawaf dalam ibadah haji, yang berbunyi: “Labaika Allahuma labbaik, laa syariika laka labbaik”  artinya “Aku disini wahai Allah, aku disini dihadapan Dikau; tiada yang menyekutui Engkau, aku disini dihadapan Dikau”. Jadi dengan disyaratkannya ibadah haji dalam Islam, sempurnalah nubuat Nabi Daud AS, dan Nabi Isa AS.

Keempat: Kalimat  “Ikatkanlah korban hari raya itu dengan tali, pada tanduk-tanduk mezbah”. (Mazmur 118:27). Nubuat ini jelas menunjuk kepada ibadah Kurban pada ibadah Haji, atau Kurban pada Hari Raya Idul Adha yang dirayakan oleh kaum Muslimin diseluruh dunia pada hari itu. Menyembelih binatang ternak adalah acara terakhir dalam ibadah Haji dan hukumnya adalah wajib. Bagi kaum muslim yang tidak mampu  menunaikan ibadah Haji pun diperintahkan agar menyembelih hewan kurban pada hari raya yang ditetapkan Tuhan itu.

Kelima: Nubuat Nabi Isa AS, “bahwa kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah kerajaan itu” (Matius 21:43). Ini selaras dengan nubuat Nabi Daud AS, yang berbunyi:

“Jauhilah yang jahat dan lakukanlahh yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya; sebab Tuhan mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang yang dikasihiNya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan. Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal disana senantiasa” (Mazmur 37:27-2-9).

Nubuat tersebut merupakan penegasan kembali dari janji Ilahi kepada Nabi Ibrahim AS, yang berbunyi sebagai berikut:

“Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kau lihat itu akan kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya”, (Kejadian 13:14-15).

Negeri yang dijanjikan adalah tanah Kanaan. Orang-orang benar dari keturunan  Nabi Ibrahim AS, akan mewarisi negeri tersebut. Berkuasanya orang-orang benar itulah yang dimaksud dengan berdirinya kerajaan Allah oleh Nabi Isa AS, (Yesus Kristus). Nubuat Nabi Ibrahim AS, Nabi Daud AS, dan Nabi Isa AS, (Yesus Kristus) tersebut benar-benar dipenuhi. Keturunan Nabi Ibrahim AS, melalui Nabi Ishak AS, yakni bangsa Israel, telah menguasai negeri itu selama 2000 tahun.

Karena mereka berbuat jahat dan fasik atau tak menghasilkan buah, maka “tongkat kerajaan Allah diberikan kepada bangsa lain”, yakni keturunan Nabi Ibrahim AS, melalui Bani Ismail, yakni bangsa Arab. Sejak abad ke 7 M, (pada zaman Umar bin Khathab r.a.  khalifah Nabi yang kedua) sampai hari ini, bahkan sampai hari kiamat, negeri itu tetap dikuasai oleh kaum Muslimin, Insha Allah. Umat Islam adalah pengikut dan penerus Nabi Ibrahim AS, yang setia. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa berbuat baik, maka berhak mewarisi negeri tersebut untuk selama-lamanya. Quran Suci pun menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:

“Dan sesungguhnya telah Kami tulis dalam kitab setelah peringatan, bahwa hamba Kami yang salih akan mewaris bumi. Sesungguhnya dalam ini adalah amanat bagi kaum yang mengabdi (kepada Kami).” (Al Ambiyaa 21:105-106).

 

  • Penulis: K. H.  Simon Ali Yasir
  • Sumber: “Mengenal Nabi Muhammad SAW. melalui Nubuat,” Buku PAI sub bidang Tarikh Islam, Jilid I. Penerbit PP Yayasan PIRI, Yogyakarta.
Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »