Sentuhan Rohani

Membantu Dengan Do’a

Ada tiga macam cara kita membantu orang lain. Pertama, membantu dengan kekuatan fisik kita sendiri. Kedua, membantu dengan kekuatan harta. Dan yang ketiga, yang tak memerlukan harta dan kekuatan fisik, adalah membantu orang lain dengan doa, yang faedahnya bahkan lebih besar dari yang lainnya.

Manusia bisa membantu orang lain dengan kekuatan fisiknya, selagi fisiknya masih kuat. Misal, jika seorang yang lemah dan terluka jatuh di suatu tempat, bagaimanakah seseorang yang dia sendiri tak punya kekuatan secara fisik bisa menolongnya untuk bangkit? Demikian pula, jika ada orang  yang tak memiliki kawan, tak berdaya upaya dan tanpa sarana tengah kelaparan, bagaimanakah kamu akan menolongnya jika kamu sendiri tak memiliki cukup harta?

Menolong dengan doa adalah satu cara membantu orang lain yang tidak memerlukan harta dan tidak membutuhkan kekuatan. Selama ia masih hidup, dia bisa berdoa untuk orang lain, dan memberikan manfaat kepadanya. Faedah dari membantu orang lain dengan doa itu amat besar. Jikalau manusia tidak menggunakan kesempatan ini, maka malanglah ia.

Kadangkala, kita bisa jadi tertekan atau terpaksa kala memberi bantuan atas dasar harta dan kekuatan fisik. Akan tetapi, bantuan dalam bentuk doa tak sekalipun membuat kita menjadi terpaksa. Bahkan, musuh sekali pun tidak boleh dikecualikan untuk didoakan. Inilah ajaran agama kita.

Semakin luas jangkauan doa, akan semakin banyak faedah yang diperoleh oleh orang yang berdoa. Semakin pelit seseorang  dalam berdoa, akan menjadi semakin jauh dia dari Allah Ta’ala. Pada dasarnya anugerah Allah Ta’ala sangat luas. Orang yang lemah imannya sajalah yang menganggapnya terbatas.

Salah satu faedah besar yang didapat dari mendoakan orang lain adalah umur panjang. Allah Ta’ala telah berjanji dalam Quran, orang yang memberikan manfaat pada orang lain dan keberadaan dirinya bermanfaat, umurnya akan dipanjangkan. “Adapun apa yang berguna bagi manusia, ia akan tinggal di bumi.” (QS Ar-Ra’d [13]:17).

Jika bentuk amal bantuan yang lain bersifat terbatas, maka amal jariah dalam bentuk doa dapat ditetapkan sebagai amal jariah yang bersifat khusus. Karena, jika manfaat berbuat baik itu banyak sekali, maka kita dapat memperoleh sebanyak-banyaknya kebaikan itu dari doa.

Sungguh, orang yang menjadi penyebab kebaikan di dunia ini, umurnya akan panjang. Sedangkan orang yang menjadi penyebab keburukan, dia akan cepat diambil nyawanya. Pendek kata, manusia seharusnya selalu berpikir untuk menjadi sebaik-baik manusia, yaitu manusia yang selalu belajar untuk memberikan manfaat besar bagi sesama manusia.

Sebagaimana dalam perkara yang lain, dalam pemberian manfaat dan kebaikan kita juga harus menggunakan akal. Kita harus selalu memperhatikan dan memikirkan, dengan cara apa kita dapat memberikan manfaat kepada orang lain.

Sebagian orang biasanya merasa jengkel ketika seorang peminta-minta atau pengemis datang kepadanya. Ada seorang maulvi (kyai atau ustad) yang didatangi oleh seorang pengemis, dia malah mempertontonkan ke-maulvi-annya dengan menceramahi pengemis itu tentang hukum meminta-minta, daripada memberikan sesuatu kepadanya. Sungguh, dia tak memiliki pikiran sebagaimana yang dipunyai manusia yang baik hatinya dan sehat fitrahnya.

Jika pun seorang pengemis itu suka meminta-minta kendati ia dalam keadaan sehat, maka yang berdosa adalah dia sendiri. Sebaliknya, memberi sesuatu kepadanya bukanlah perkara dosa. Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa  jika pun seorang pengemis itu datang kepadamu dengan menaiki tunggangan, maka hendaklah ia diberi. Dalam Quran sendiri ada perintah Allah, “Dan terhadap penanya (peminta), janganlah engkau membentaknya.” (QS Adl-Dluha [93]:10). Dalam ayat ini tidak ada penegasan bahwa yang tidak boleh dibentak adalah peminta-minta tertentu, dan peminta lainnnya boleh dibentak. Karena itu, hendaklah terhadap para peminta-minta atau pengemis, janganlah kalian membentak mereka. Karena dengan begitu engkau telah menebar benih keburukan.

Allah menghendaki agar kalian jangan cepat marah pada pengemis. Marah adalah keinginan setan, agar dengan cara ini kalian terhalang dari kebaikan, dan menjadi pewaris keburukan. Renungkanlah, dengan melakukan satu kebaikan, maka akan lahirlah kebaikan yang lain. Begitu pula, satu macam keburukan akan menjadi penyebab keburukan lainnya.

Suatu benda memikat benda lainnya, seperti  itulah Allah Ta’ala menempatkan masalah daya tarik-menarik ini dalam setiap perbuatan. Ketika kalian memperlakukan pengemis  dengan halus, dengan cara ini berarti kalian memberi sedekah akhlak. Maka kesukaran akan menjauh dan kebaikan pun akan terjadi, dan demikianlah kalian akan memberikan sesuatu kepadanya.

Akhlak adalah kunci kebaikan-kebaikan lainnya. Barangsiapa tidak memperbaiki akhlaknya, dia secara berangsur-angsur akan lalai.

Segala sesuatu di dunia ini ada gunanya. Racun dan kotoran juga berguna. Namun manusia yang tidak mempunyai akhlak luhur dan tidak bisa memberikan manfaat, dia lebih buruk daripada hewan mati. Bahkan hewan mati sekalipun, kulit dan tulangnya bisa berguna, tetapi manusia jika sudah menjadi bangkai tiadalah ia berguna. Kedudukan manusia yang tak berakhlak digambarkan Qur’an, “Mereka tiada lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih tersesat dari jalan.” (QS Al-Furqan [25]:44).

Jadi, ingatlah bahwa reformasi akhlak itu adalah perkara yang sangat penting, karena induk kebaikan adalah akhlak.[]

 

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Malfuzat Ahmadiyyah, jilid 1, hlm. 96-98, diterjemahkan oleh Yatimin A.S.

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here