Nabi Muhammad saw. bersabda, “Barangsiapa tidak mengasihsayangi sesama manusia, maka Allah tidak akan mengasihsayanginya.” (Jami’ at-Tirmidhi 1922 / bab 27 no. 28).
“Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda di antara kami, dan tidak menghormati orang yang tua di antara kami, dan tidak menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kejahatan.” (Jami’ at-Tirmidhi 1921 / bab 27 no. 27).
Kita semua, manusia, mutlak membutuhkan kekuatan dan pertolongan dari Allah SWT. Dalam setiap tahap kehidupan kita, kita membutuhkan dukungan Allah Ta’ala.
Untuk membuat diri kita layak menerima belas kasih Allah, kita seharusnya siap memberikan kepada sesama manusia, apa yang kita minta dari Allah Ta’ala.
Jika kita ingin Allah menolong kita, kita seharusnya mau menolong sesama manusia. Jika kita ingin Allah memberikan kasih sayang kepada kita, kita seharusnya juga memberikan kasih sayang kepada sesama manusia.
Jika kita ingin Allah mengampuni dosa-dosa kita, kita seharusnya memaklumi dan memaafkan kesalahan sesama manusia. Jika kita ingin Allah meringankan beban hidup kita, kita seharusnya bersedia meringankan beban sesama manusia sesuai dengan kemampuan kita.
Jika kita ingin Allah memberikan kemudahan dari kesulitan hidup kita, kita seharusnya mau membantu meringankan beban kesulitan sesama manusia. Jika kita ingin Allah menutupi aib kita, kita seharusnya juga menutupi aib sesama manusia.
Allah senantiasa membantu hamba-Nya, selama hamba Allah itu mau membantu saudaranya, sesama manusia. Perlakuan Allah kepada kita adalah cerminan dari perlakuan kita kepada sesama manusia.
Singkatnya, kebaikan kita kepada sesama manusia mengandung daya magnet yang menarik kebaikan Allah kepada kita. Itulah kekuatan kebaikan.
Mengubah kesedihan menjadi doa
Nabi Yakub as. yang disebut juga Israel adalah putra Nabi Ishak as. dan cucu Nabi Ibrahim as. Pada waktu Nabi Yakub as. mengalami kesedihan karena memikirkan dan merindukan putranya, Yusuf dan adik kandungnya Benyamin, beliau melampiaskannya dengan kembali fokus kepada Allah SWT. dan berdoa.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, “Dia (Yakub) berkata: Sesungguhnya aku hanya mengadu kesedihanku dan kesusahanku kepada Allah, dan dari Allah aku tahu apa yang kamu tak tahu.” (QS Yusuf, 12:86).
Nabi Yakub a.s. yang sangat kuat imannya kepada Allah Ta’ala, ketika menghadapi masalah yang berat, mengalami tragedi dan duka cita, beliau tidak akan berlama-lama tenggelam dalam kesedihan. Beliau mampu mengubah kesedihan menjadi doa, mengganti kesusahan dengan doa.
Kita sebagai orang beriman, yang memiliki sifat cenderung bersabar dan bersyukur, hendaknya bisa mengambil petunjuk dan teladan dari Nabi Yakub tersebut, untuk kita terapkan dalam kehidupan kita.
Setiap kita menghadapi problema kehidupan, mengalami penderitaan yang kita merasa berat menanggungnya, ada dua cara untuk meresponnya.
- Kita fokuskan perhatian kita kepada Allah, Sang Pencipta.
- Kita arahkan perhatian kita kepada manusia lain, kepada orang-orang di sekitar kita, kepada orang-orang yang ada hubungan dengan kita.
Dalam menghadapi masalah hidup, jika perhatian kita, kita arahkan kepada orang-orang di sekitar kita, yang ada hubungan dengan kita, kelemahannya kadangkala kita cenderung banyak mengeluh, menyalahkan orang lain, memprotes dan meratapi penderitaan kita. Seakan-akan kita tidak punya rasa syukur.
Sebaliknya, jika saat menghadapi masalah perhatian kita tertuju dan terfokus pada Allah, kita akan ingat Allah yang memiliki sifat Maha Pemurah dan Pengasih, Maha Adil, Maha Tahu, Maha Pengampun, Maha Bijaksana dsb. Kita bisa mengungkapkan masalah kita kepada Allah dan berdoa kepada-Nya, untuk mendapatkan solusi yang terbaik.
Dengan perhatian yang terfokus kepada Allah, dapat menghentikan kecenderungan negatif, seperti banyak mengeluh, berpikir negatif dan menyalahkan orang lain. Dengan berdoa, kita bisa terbebas dari keputusasaan, kita punya optimisme dan punya harapan. kita memperoleh ketenangan. Itulah kekuatan doa.
————-
Ikhitsar Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1443 H Oleh : Drs. H. Yatimin AS
Di Lapangan Gombang, Desa Tirtoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta
Comment here