Artikel

Kecerdasan Ilahiah

Oleh : Fathurrahman Irshad | Buku Rahasia Hidup, karya Khawaja Kamaluddin, menurut kesimpulan Moehammad Bachroen dalam pengantar buku itu, menyeru kaum muslimin untuk kembali menjadi “Manusia Ahli Perbuatan” (Man of Action), dengan modal “Tenaga Perbuatan” (Power of Action) dan “Kehendak untuk Beramal” (Will to Action).

Ini sangat menarik. Karena, saat ini banyak orang Islam yang menjalani hidupnya tidak didasari sistem hidup yang benar, yang diajarkan Islam sendiri, tetapi hanya sekedar melampiaskan instingnya saja. Seharusnya apa yang dilakukannya di dalam kehidupan adalah hasil olah batin dirinya, sebagai akibat dari pemahamannya atas ajaran Islam, yang dilakukan secara cermat dan mendalam.

***

Kehidupan tidaklah seperti air mengalir, yang terombang-ambing dan meliuk-liuk dengan lemah gemulai ke kanan dan ke kiri, tanpa daya setelah membentur dinding-dinding batu. Kehidupan adalah ketetapan dan pilihan hati. Allah tidak akan mengantarkan kita sampai tempat tujuan. Tapi Allah memberi petunjuk jalan mana yang seyogyanya harus kita tempuh.

“Allah mengilhamkan dua jalan yaitu, jalan kebaikan dan jalan keburukan.” (QS 91:8)

Artinya bahwa manusia, yang di dalam jiwanya memiliki dua sifat, yaitu sifat mulia dan sifat hina, memegang kendali ke arah mana dirinya itu akan dibawa. Apakah akan dibawa pada jalan kebaikan (kemuliaan) atau dibawa pada jalan keburukan (kehinaan). Jadi, manu-sia memiliki otoritas yang sangat bebas dan sangat kuat untuk menentukan pilihannya.

“Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa, kecuali bangsa itu sendiri yang mengubah nasibnya” (QS 13:11)

Jadi, segala fenomena hidup seperti kegembiraan dan kenestapaan, kesengsaraan dan kebahagiaan, kekayaan dan kemiskinan, kemudahan dan kesulitan itu pada dasarnya merupakan pantulan atau tampiasan dari pada perbuatan manusia itu sendiri.
Dalam kaitan dengan hal itu, Allah  menurunkan seperangkat petunjuk kehidupan yang mengatur segala tingkah laku manusia, baik sebagai makhluk sosial yang harus menjalin hubungan baik dengan sesamanya, atau sebagai hamba dalam kaitan dan hubungannya dengan Sang Khalik.

Petunjuk itu berupa wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw., melalui perantaraan Malaikat Jibril, yang kemudian dikodifikasi dalam sebuah Kitab, yakni Al-Qur’an, yang menjadi pusaka kita semua. Petunjuk pelaksanaan teknisnya dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh Nabi Muhammad saw., sebagai contoh bagi kita dalam menjalankan kehidupan yang benar. (Lihat QS 2:2-4).

Islam mengajari manusia untuk meng-hayati Tuhan Sang Pencipta, dengan metoda penyucian hati (tazkiyatul-qalb) dan pembersihan jiwa (tazkiyatun-nafs), sehingga sifat-sifat yang kurang baik yang melekat pada dirinya dapat terkikis habis. Karena itu, Islam pada hakekatnya adalah metode yang benar dan terarah bagi manusia untuk mengenal Tuhannya.

***

Semua manusia pasti memiliki impian, dan berkeinginan untuk mewujudkannya. Dan semua manusia tahu bahwa Tuhan  Yang Maha Pemurah pasti dapat membantunya mewujudkan impian itu.

Akan tetapi tidak semua manusia tahu bagaimana cara merekayasa dan memanfaatkan kemurahan Tuhan itu menjadi “sesuatu” yang berdaya guna untuk mewujud-kan impiannya.

Untuk merekayasa dan memanfaatkan Kemurahan Tuhan itu, diperlukan sebuah tenaga atau kekuatan. Tetapi tenaga atau kekuatan itu tidak datang begitu saja. Ia tidak jatuh dari langit. Tenaga atau kekuatan itu bisa didapatkan dengan suatu metode atau cara. Dan satu-satunya cara adalah melalui kedekatannya kepada Allah, pemilik kekuatan itu sendiri.

Islam adalah agama fitrah, artinya ajaran yang sesuai dan selaras dengan tingkat kecerdasan berfikir dan derajat akhlak manusia. Sehingga manusia mampu mempelajari, mencerna, meneliti, menelaah dan memahami serta menjalankan ajaran Islam melalui akal dan hatinya.Karena itu, dengan mempelajari Islam, manusia dapat menjadi makhluk yang memiliki kecerdasan Ilahiah.

Kecerdasan Ilahiah adalah kecerdasan berfikir yang dilandasi oleh penghayatan manusia atas Tuhannya. Kecerdasan ilahiah dapat menumbuhkan keinginan dalam diri kita untuk mempelajari lembar demi lembar Al-Qur’an, serta mengkaji segala ketentuan yang ada di dalamnya dengan alam pikir dan mata hati, kemudian mengaktualisasikan petunjuk Ilahi itu dengan mengerahkan segenap ekspresi kemanusiaan yang dibarengi kesadaran dan ketulusan. Dengan begitu kita tengah menjadi Manusia Ahli Perbuatan (Man of Action).

Kecerdasan Ilahiah menumbuhkan sifat yang spesifik pada diri manusia, yaitu sifat refleksi diri. Adalah sifat manusia untuk berusaha mengenali dirinya sendiri, dengan berkontemplasi, bertafakur, merenung atau berkaca diri, untuk menilik perbuatan yang dilakukannya (flash back) dan mengkaji serta menumbuhkan keinginannya untuk melakukan aktivitas dengan benar (Will to Action), sesuai petunjuk Al Qur’anul Karim.

Kecerdasan Ilahiah menyadarkan kita bahwa Allah, yang memiliki segala kesempurnaan (al-Asma al-Husna) itu, adalah sumber kekuatan bagi kehidupan (la hawla wa la quwwata illa billaah), sehingga hanya kepada-Nya saja kita patut mengabdi dan memohon pertolongan (QS 1:4).

Dengan begitu, kita akan mendapatkan kekuatan atau tenaga penggerak (Power of Action) guna merekayasa dan memanfaatkan kemurahan Tuhan untuk mewujudkan segala impian kita itu.[]

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »