Kolom

Jas dan Wakil Rakyat

Oleh : Rachmat Basoeki Soeropranoto | sumber: www.library.ohiou.edu

Entah apa yang menjadi alasan para wakil rakyat (anggota DPR/MPR) kita, sehingga mereka lebih gemar mengenakan stelan jas, dipadu dengan kemeja lengan panjang dan untaian dasi yang melilit leher sebagai busana kerja mereka, padahal Indonesia beriklim tropis. Tidakkah mereka merasa pengap atau kegerahan?

Dengan pilihan busana seperti itu, yang bisa kita bayangkan adalah bahwa mereka, para wakil rakyat itu, akan banyak berkeringat dan sulit bergerak bila harus bekerja di lapangan, di tengah-tengah rakyat yang mereka wakili. Dengan stelan jas lengkap, tentunya mereka enggan dan merasa tidak pantas berada di tengah-tengah pasar tradisional yang panas dan sumpek, misalnya.

Mereka dengan stelan jas lengkapnya, tentu merasa lebih pantas dan tepat berada di ruangan ber-AC, di dalam mobil ber-AC, di hotel berbintang atau di pertokoan mewah sekelas Sogo.

Bukankah akan lebih tepat bila mereka memilih busana yang sesuai dengan iklim dan status mereka sebagai wakil rakyat? Misalnya, kemeja batik lengan pendek atau panjang, yang selain terlihat praktis juga mampu memberikan kesan bahwa mereka itu adalah wakil rakyat bukan wakil pengusaha atau wakil para konglomerat, yang untuk kepentingan bisnisnya menuntut pilihan busana stelan jas lengkap.

Di negeri jiran Malaysia, para wakil rakyatnya lebih memilih pakaian khas setempat, begitu juga dengan di Philipina. Bahkan di Singapura, yang jauh lebih kaya dari kita, para wakil rakyatnya juga tampil sederhana. Hanya pada acara-acara tertentu saja mereka mengenakan stelan jas lengkap.

Mungkin, kegemaran para wakil rakyat kita berbusana stelan jas lengkap disebabkan oleh rasa rendah diri yang tergolong parah, sehingga bila tidak berbusana seperti itu percaya dirinya hilang serta takut tidak dihormati orang. Kemungkinan lain, mereka memang tidak merasa sebagai wakil RAKYAT KECIL tetapi wakil RAKYAT BESAR.

Salah satu buktinya, ada diantara para wakil rakyat itu yang di garasi rumahnya nongkrong satu unit (bahkan lebih) mobil tergolong super mewah, yang nilainya jauh melampaui penghasilan resminya, padahal ia bukan pengusaha, dan usianya masih relatif muda. Bila seluruh penghasilannya selama 60 bulan (lima tahun) dikumpulkan, mobil super mewah itu belum juga dapat terbeli. Artinya, barang super mewah itu diperolehnya melalui cara-cara yang tidak patut!

 

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »