Allah Ta’ala berbelas kasih pada orang yang dalam keadaan aman pun takut pada-Nya, seperti pada waktu datangnya musibah. Barangsiapa yang pada waktu aman tidak melupakan Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala tidak melupakan dia pada waktu ada musibah. Barangsiapa yang pada masa aman melangsungkan hidup dengan bersenang-senang dan bermewah-mewahan, pada waktu ada musibah sibuk dalam berdoa, diragukan doanya bisa dikabulkan. Karena menurut sunatullah, ketika azab Ilahi mulai turun, maka pintu tobat tertutup.
Jadi sangat beruntung orang yang sebelum turunnya azab Ilahi sibuk dalam berdoa, memberikan sedekah, menghormati perintah Ilahi, berbaik hati kepada sesama makhluk, dan membenahi perbuatannya. Inilah tanda-tanda orang yang hidup bahagia dan sejahtera. Sebagaimana sebuah pohon dikenal dari buahnya, begitu pula untuk mengenal orang yang beruntung dan orang yang malang juga mudah.
Pada dasarnya, selama manusia sempurna imannya dan kuat keyakinannya kepada Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala sendiri yang menyembuhkan penyakitnya. Apakah ada dokter yang bisa menjamin bahwa dengan obat tertentu penyakit tertentu pasti sembuh? Sama sekali tidak. Pendek kata, pada manusia tidak ada obat yang pasti dapat menyembuhkan suatu penyakit (tanpa izin Allah). Tetapi sebaliknya, obat yang Allah Ta’ala tunjukkan pada hamba-hamba-Nya tertentu pasti dapat menyembuhkan, dan tidak mungkin menimbulkan kerugian (dampak negatif). Tetapi untuk mencapai hal ini sulit. Hal ini membutuhkan iman dan keyakinan yang sempurna.
Bagi orang-orang yang sempurna imannya, Allah Ta’ala sendiri sebagai dokternya. Orang-orang yang terpaku pada sarana dunia (sarana lahiriah) sulit bisa memahami hal ini. Tetapi aku punya pengalaman pribadi. Allah berkali-kali menganugerahkan kesembuhan padaku dengan tanpa sarana lahiriah. Aku ingat, suatu ketika gigiku sakit sekali. Aku bertanya obatnya pada seseorang. Dia menjawab, “Obatnya gigi yang sakit itu dicabut.” Jawaban ini menimbulkan rasa tidak senang dalam hati. Karena gigi merupakan nikmat Ilahi, dengan mencabutnya berarti meniadakan satu kenikmatan. Saat aku sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba datang rasa kantuk. Lalu dari lisan mengalir kalimat (ilham):
“Jika kamu jatuh sakit, Dia menganugerahkan kesembuhan padamu.”
Bersama turunnya ilham itu, seketika rasa sakit pada gigi hilang, kemudian tidak pernah terjadi lagi.
Singkatnya, orang yang cepat-cepat mengecam, biasanya tidak mudah melihat dan mendapat kebenaran.
(HM Ghulam Ahmad, Disarikan dari Malfuzat Ahmadiyyah, jld. 7, hlm. 509-510).
Comment here