Islam Adalah Agama Yang Maju
Ciri utama Islam yang ditonjolkan oleh Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) adalah penerimaan bahwa semua agama di dunia ini bersumber pada Tuhan Yang Maha Esa. Dan pendirian yang maju ini adalah dasar daripada persaudaraan yang sangat besar dari semua umat manusia, tanpa membedakan warna kulit, kepercayaan agama atau bangsa.
Kitab Suci Al-Qur’an menyatakan prinsip ini sebagai berikut: “Tidak ada satu bangsa, kecuali seorang juru ingat datang kepadanya” (QS 35:24); “Dan setiap bangsa mempunyai Rasul” (QS 10:47).
Kepercayaan terhadap Nabi-Nabi bangsa lain adalah salah satu prinsip pokok agama Islam. Satu dari tiga rukun iman yang utama bagi seorang Muslim, yang tercantum pada permulaan Kitab Suci Al-Qur ’an, “Dan yang percaya apa yang diwahyukan kepada engkau dan apa yang diwahyukan sebelum engkau” (2:4).
Al-Quran meletakkan dasar persaudaraan atas seluruh bangsa, hal mana tidak pernah dilaksanakan oleh Kitab mana pun.
Islam Adalah Agama Yang Satu
Sikap Islam yang liberal tidak hanya diperkenalkan oleh GAI dalam hubungan-hubungannya dengan kaum non-Muslim, kepada siapa dinyatakan kasih dan hormat, tapi juga dalam hubungan-hubungannya dengan berbagai aliran atau madzhab di dalam Islam itu sendiri.
Ditekankan berdasarkan suatu Kenyataan, bahwa di dalam Islam tidak ada perbedaan sekte, yang patut sesuai dengan namanya, oleh karena semua Muslim satu dalam prinsip-prinsip agama di golongan manapun mereka itu berada, dan berapa besar pun perbedaan sekunder dan yang lebih kecil lagi.
Agama Islam betul-betul menuju kepada ummat yang bersatu, tersebar di seluruh dunia, suatu ummat yang benar-benar sama dalam hal-hal prinsip di bidang agama. Apakah seorang Muslim menamakan diri seorang Sunni, ataukah seorang Shiah, ataukah seorang Wahabi, ataukah seorang Ahmadi, mereka itu sama mengenai Keesaan Ilahi termasuk sifat-sifatNya, mereka itu sama mengenai Nabinya, dan percaya pula bahwa Nabinya itu Nabi yang terakhir, mereka itu juga sama mengenai Kitab Sucinya: Al-Qur’an, yang tidak ada beda satu ayat sekalipun.
Selanjutnya masih ada persamaan lagi di antara mereka dalam bidang praktek. Mereka mengakui dan menjalankan hal-hal yang sama pula dalam bidang menjalankan shalat lima waktu dengan jumlah raka’at yang sama, berpuasa pada bulan yang sama, membayar zakat, dan menunaikah ibadah haji pada saat dan tempat yang sama pula.
Dunia tidak mampu memberikan contoh lain mengenai suatu ummat, yang terpencar di seluruh dunia, selama lebih kurang 1400 tahun terpisah satu sama lain, tanpa ada hubungan komunikasi yang sempurna, tapi toch mempunyai persamaan baik dalam teori maupun praktek.
Para Kyai kolot yang picik, buta terhadap persamaan-persamaan dunia Muslim yang tanpa contoh itu, dan memandang perbedaan-perbedaan antar mereka itu penting sekali. Akibatnya ialah bahwa titik persamaan-persamaan yang besar dalam dunia Muslim itu menjadi pecah belah. Dan hampir setiap orang, golongan atau madzhab, dicap kafir oleh golongan yang lain.
GAI berjasa besar terhadap agama Islam, dengan mengutuk usaha semacam itu. Prinsipnya ialah, yang merupakan dasar pula bagi agama Islam, bahwa setiap orang yang menyatakan dua Kalimah Syahadat: laa ilaaha illallaah Muhammadar–rasuulullaah, adalah Muslim, tanpa memandang ikut golongan apa pun.
Penghayatan dan pelaksanaan prinsip ini, dapat menyembuhkan persatuan agama Islam, dan dapat melumpuhkan semua lawan dan musuh Islam.
Islam Adalah Agama Yang Rasional
Islam berarti mula pertama-tama setia kepada sabda Tuhan yang termaktub di dalam Qur’an Suci. Tetapi sekarang Kitab Suci telah terdorong ke belakang, sebab orang-orang Islam mencari-cari petunjuk dari kitab-kitab fiqih, yang lahir beberapa ratus tahun kemudian.
Walaupun pasti kitab-kitab itu disusun oleh kaum cerdik pandai, tetapi ia tidak dapat memenuhi keperluan sehari-hari, karena memang tidak dimaksud untuk sepanjang masa. Jasa yang telah diberikan oleh orang-orang besar pada masanya itu kepada Islam, sekarang disalahgunakan dan menjadi penghalang bagi Islam.
Kitab suci Al-Qur’an diturunkan untuk memenuhi kepentingan umat manusia sepanjang masa. Pintu untuk menghayati isinya dan untuk menyusun hukum-hukum demi untuk zaman yang akan datang, tak pernah tertutup bagi manusia.
Sungguh, barangsiapa menutup pintu itu berarti ia telah mengalihkan kepercayaan pada Sabda Tuhan kepada peraturan-peraturan bikinan manusia, dan menempatkan manusia pada tahta Ketuhanan.
Segala sesuatu ini adalah akibat daripada taqlid kepada para cerdik pandai itu, sehingga seorang Kyai berpendirian sama dengan seorang Kristen, bahwa dalam bidang agama tidak ada rasio, bahwa untuk rasio tidak ada tempat di dalam agama.
Pendapat tersebut tidak hanya janggal dalam Islam, tapi sama sekali tidak mungkin. Sejak lahir, Islam telah menganjurkan untuk menggunakan akal, dan Kitab Suci selalu mengecam manusia yang tak menggunakan akalnya.
“Mengapa engkau tidak memikir, mengapa tidak kamu pertimbangkan,” adalah peringatan-peringatan yang selalu disebut. Rasulullah saw. sendiri menganjurkan para sahabatnya untuk menggunakan akal sebebas-bebasnya, dan mereka yakin benar tentang pemberian akal dari Tuhannya untuk digunakan baik dalam duniawiyah maupun agama.
Tapi apa yang terjadi pada dunia Islam sekarang ini ialah bahwa dalam segala bidang agama kita harus mengikuti dan menjalankan secara positif pendapat orang besar yang ini atau yang itu. Akibatnya, umat Islam yang pernah memimpin dunia pikir di dunia ini, jatuh menjadi budak ruhani yang daya ruhaninya tidak berkembang, bahkan seakan-akan sudah mati.
“Kembali ke Qur’an Suci!” adalah seruan daripada GAI, kembali kepada agama Islam yang murni dari Rasulullah dan para sahabatnya, kembali ke penggunaan akal yang bebas dan kepada penafsiran Qur’an Suci yang bebas, berdasarkan situasi dan kondisi, menurut perkembangan dunia yang baru, kembali kepada kebebasan yang pernah dinikmati oleh para cendekiawan terdahulu kita.
Islam adalah Agama Yang Modern
Setiap penyelidik Islam mengetahui bahwa pemikiran mengenai kerahiban atau kependetaan (priester schap) di dalam Islam sejak semula tidak dikenal. Tapi alangkah mengherankan, pada waktu sekarang ini hal itu seolah menjadi biasa adanya. Dunia Islam dari penjuru mana pun mengeluhkan soal mereka yang tak bersedia melimpahkan kekuasaannya.
Dunia Islam sekarang ini sama keadaannya seperti ummat Yahudi dan Kristen pada waktu agama Islam datang. Adanya rahib atau pendeta di agama-agama lain jelas tidak dibenarkan oleh Qur’an Suci, tapi umat Islam saat sekarang ini justru memperlihatkan kesetiaan yang sama kepada Ulamanya. ”Mereka menjadikan para ulama mereka dan rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah” (QS 9:31).
GAI bertujuan untuk membebaskan sekalian umat Islam dari kutukan ini, yang menjadi hambatan terbesar demi majunya dunia Islam.
Islam Adalah Agama yang Sempurna
Islam telah menyatakan bahwa agama itu sudah sempurna dalam dirinya. Oleh sebab itu Rasulullah saw. dinyatakan sebagai Nabi terakhir. Tidak ada seorang Nabi pun akan datang sesudah beliau, baik Nabi baru maupun Nabi lama. Sebab apabila sesudah beliau masih diperlukan Nabi lagi, maka berarti bahwa agama Islam bukanlah agama yang sempurna adanya.
Oleh karena itu GAI menolak suatu pendapat bahwa Isa Al-Masih harus datang sesudah Rasulullah saw., dan menyatakan bahwa ramalan tentang kembalinya Isa Al-Masih itu dalam arti datangnya seorang Mujaddid dengan jiwa dan kekuasaan seperti Isa Al-Masih, seperti halnya Isa Al-Masih diramalkan sebagai datangnya Ilyas yang kedua.
Dan apabila ramalan datangnya seseorang itu diartikan jiwa dan kekuasaan Isa Al-Masih, kenyataan apa yang terdapat di dalamnya?
Orang-orang Yahudi mengharapkan bahwa Isa Al-Masih (Yesus Kristus) akan datang sebagai Raja, dan akan mengembalikan kekuasaan duniawi mereka. Tapi Al-Masih datang semata sebagai simbol kekuatan ruhani bangsa Israel.
Juga diperuntukkan, bahwa umat Islam akan kehilangan kekuasaan di dunia setelah mereka itu menjulang tinggi. Dan di dalam ramalan datangnya Messiah itu dijelaskan bahwa agama Islam seperti sediakala akan menguasai kekuasaan dunia dengan kekuatan ruhani.
Islam memiliki kekuatan ruhani yang luar biasa, tapi kekuatan itu hanya dapat digerakkan dengan usaha keras dari pihak umat Islam sendiri. Hal ini tidak dapat terlaksana, selama harapan-harapan palsu umat Islam mengenai turunnya Messiah dan datangnya Mahdi dihubungkan dengan kekuasaan dunia masih ada.
GAI menghapus harapan-harapan ini, untuk membangkitkan rasa percaya kepada diri sendiri di antara umat Islam, dengan cara bagaimana dapat memenangkan kembali, apa yang pernah hilang itu.
Islam Adalah Agama yang Gilang Gemilang
Agama Islam menyampaikan amanat persatuan kepada dunia, yang betul-betul dalam keadaan cerai berai. Ia menyatakan dua macam persaudaraan: Persaudaraan Islam, dimana si kulit putih dan si kulit hitam, orang Eropa, Asia dan Afrika, berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, menghilangkan perbedaan bangsa dan negara, sehingga dengan demikian timbullah suasana aman dan damai di antara berbagai bangsa dan dunia, sehingga mengurangi pertentangan-pertentangan politik.
Tapi juga mendirikan suatu rasa persaudaraan yang maha besar. Dalam salah satu sabda Rasulullah dikatakan bahwa semua Nabi itu bersaudara, walaupun peraturan-peraturan yang mereka keluarkan itu berbeda. Pernyataan ini merupakan dasar yang kuat bagi Persaudaraan Dunia. Dan bila setiap orang Islam diharuskan percaya kepada setiap Nabi dunia, maka ia harus pula mencintai dan menghargai para pengikutnya.
Maka Islam menanamkan dasar rasa kasih dan mesra yang universal pada umat manusia. Dan keselamatan manusia pada umumnya minta agar Islam disampaikan ke seluruh penjuru dunia. Makin Islam itu tersebar luas, makin besar perdamaian akan memerintah di dunia.
Oleh karena itu merupakan suatu kewajiban bagi seorang Islam terhadap umat manusia, untuk menyampaikan amanat suci ini ke seluruh penjuru dunia. Kemenangan Islam adalah kemenangan daripada kasih dan damai, sebab kata Islam itu sendiri adalah damai.
Orang-orang Islam mula pertama mempunyai semangat semacam ini. Mereka itu tahu, betapa besar rahmat Islam itu bagi dunia. Akan tetapi umat Islam pada saat sekarang sebagian besar tidak menghayati tentang tugas Islam dan semangat untuk menyampaikan rahmatnya itu ke seluruh dunia.
Berhubung GAI itu membabarkan jiwa kasih dan persaudaraan itu seperti terdapat pada Islam, ia datang dengan tegas kepada ummat Islam: Majulah dan Menang! “Dialah yang mengutus Nabi-Nya dengan tuntunan dan akan memenangkan agama yang sebenarnya” (44 : 28).
Islam datang ke dunia ini untuk maju dan menang. Jutaan manusia masih perlu diajak dan cahaya Islam harus disebarluaskan. Baik kepada umat Islam maupun bukan, harus disampaikan pokok-pokok dan ajaran-ajaran Islam, dan sejumlah besar buku-buku Islam di dalam segala bahasa diperlukan untuk memenangkan suatu perjuangan yang besar.
Eropa dan Amerika, dua benua yang berada di belakang gelombang besar Kekristenan yang menantang Islam itu, betul-betul tidak menguasai dan mengerti soal Islam. Mereka memimpin gerakan kekristenan berdasarkan suatu kesan yang palsu dan keliru, bahwa mereka berhadapan dengan orang-orang biadab dalam bentuk Islam.
Apabila kita dapat menyebarluaskan buku-buku di negara-negara itu, hal mana memerlukan suatu jumlah yang sangat besar, kita tidak hanya dapat membendung kegiatan-kegiatan zending dan mission, tapi juga menghancurkan pusat kegiatan mereka.
Penerangan-penerangan secara aktif adalah satu-satunya sarana untuk mendapat hasil yang baik. Dan apabila sekarang pun kekuasaan politik lumpuh tanpa penerangan, adalah boleh dikatakan bunuh diri bagi umat Islam, bila menganggap sepi mengenai senjata ampuh ini.
Itulah tujuan GAI dan setiap orang Islam yang terikat dengannya, sebagai kewajiban untuk bergabung dalam memperkuat lajunya Islam.[]
Dinukil dari “Buku Kenang-Kenangan Usia 50 Tahun (Golden Jubilee) Gerakan Ahmadiyah-Lahore Indonesia (GAI),“ 1979: 83-89.
Comment here