Setiap kali memasuki ‘Idul Adha, kita senantiasa teringat pada sosok pribadi Nabi Ibrahim a.s. Seorang hamba Allah yang sangat ideal.
Keteladanan Nabi Ibrahim yang menonjol antara lain adalah kepatuhan dan kecintaannya terhadap Allah SWT. Beliau selalu berserah diri sepenuhnya kepada Allah, dan mengikuti semua kehendak-Nya. Beliau adalah penegak keesaan Allah yang gigih. Beliau selalu sabar dan istiqomah menghadapi berbagai cobaan dan ujian hidup dari Allah Ta’ala.
Selang beberapa saat setelah isteri keduanya, Siti Hajar, melahirkan anak yang sangat didambakannya, yang kemudian ia beri nama Ismail, Allah menyuruh beliau agar menempatkan anak dan isterinya itu di lembah yang sepi dan tak ada pepohonan di dekat Ka’bah, Mekah (QS 14:37).
Pada saat Ibrahim hendak pulang dan meninggalkan mereka di tengah gurun pasir Mekah, yang waktu itu belum berwujud kota, Siti Hajar bertanya kepada Ibrahim as., “Apakah kamu melakukan ini atas perintah Allah?” Beliau menjawab, “Ya.” Lalu Siti Hajar berkata, ”Allah pasti tak akan membiarkan kami binasa.”
Puncak ujian hidup yang dihadapi Ibrahim adalah tatkala beliau menerima perintah Allah Ta’ala untuk menyembelih Ismail, putra tunggal yang sangat dicintainya (QS 37:102), sebagai persembahan korban.
Meskipun, Allah SWT hanya bermaksud menguji dan menjajagi semata, seberapa besar kepatuhan Ibrahim kepada-Nya. Sebab, setelah Ibrahim betul-betul siap melakukan apa saja yang diminta Allah, dan begitu juga Ismail yang rela dikorbankan, Allah menerima niat dan tekad tulus mereka. Ibrahim tak perlu menyembelih Ismail, dan sebagai gantinya disembelihlah seekor domba (QS 37:103-107).
Dari peristiwa inilah ibadah kurban dalam bentuk menyembelih binatang itu dimulai. Pengorbanan binatang adalah simbol semata agar kita umat Islam mau mengorbankan nafsu binatang (hawa nafsu) kita, untuk memudahkan taat kepada Allah dan untuk mencapai kedekatan dengan-Nya.
Kepatuhan, kecintaan dan pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. ternyata membuahkan keberhasilan dalam kehidupan beliau dan anak cucu beliau. Doa-doa beliau makbul. Bahkan beliau mendapat gelar Abul Anbiya’ (Leluhur para nabi), karena banyak anak turun beliau yang sukses menjadi nabi.
Nabi Ibrahim as. pernah berdoa, agar tempat pengasingan Hajar dan Ismail, yang sekarang dikenal sebagai Kota Mekah, menjadi pusat ruhani dunia.
“Tuhanku, jadikanlah tempat ini menjadi kota yang aman, dan berilah rezeki kepada warganya berupa buah-buahan, di antara mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir.” (QS 2:126).
Nabi Ibrahim as. bersama Ismail juga pernah berdoa, agar dibangkitkan seorang nabi dari keturunan mereka di tempat itu.
“Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan (jadikanlah) dari keturunan kami, umat yang tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kami cara-cara kami berbakti dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau itu Yang berulang-ulang (kemurahan-Nya), Yang Maha-pengasih. Tuhan kami, dan bangkitkanlah untuk mereka, seorang rasul (nabi) dari kalangan mereka, yang akan membacakan ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan kebijaksanaan, serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkau itu Yang Maha-perkasa, Yang Maha-bijaksana.” (QS 2:128-129).
Semua doa Nabi Ibrahim as. tersebut dikabulkan. Kota Mekah yang terdapat bangunan Ka’bah di dalamnya, dahulu kala sunyi dan gersang. Kini tempat itu telah menjadi tempat yang aman, banyak dikunjungi orang dari berbagai penjuru dunia, terutama untuk menunaikan ibadah haji. Banyak macam buah-buahan produk dari berbagai negara. Hal ini benar-benar dapat dirasakan oleh kita dan saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji.
Begitu pula kelahiran Nabi Muhammad saw. di Mekah adalah bukti terkabulnya doa Nabi Ibrahim as. Karena Nabi Muhammad saw. adalah salah seorang nabi keturunan Ibrahim as. dari jalur Ismail as.[]
Oleh: Yatimin AS
Comment here