- Judul Artikel : Hadis Nuzul Isa Almasih dalam Pandangan Ahmadiyah Lahore (Studi Atas Pemikiran Maulana Muhammad Ali)
- Penulis : Moh. Zen Ridwan Nasution | Mahasiswa Tafsir Hadits Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
- Sumber : digilib.uin-suka.ac.id
Konsep berakhirnya kenabian setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. merupakan doktrin penting yang mesti dipegangi oleh setiap umat Islam. Penyelewengan terhadap doktrin ini seringkali dianggap murtad bahkan kafir.
Salah satu kasus menyangkut tentang konsep berakhirnya kenabian di Indonesia akhir-akhir ini yang tidak hanya berdampak pada takfir akan tetapi juga tindak kekerasan adalah kasus yang menimpa Ahmadiyah Qodyan. Doktrin Ahmadiyah Qodyan yang menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi mendapat reaksi keras dan bahkan tindak kekerasan yang berujung pada pengrusakan Masjid Ahmadiyah bahkan pembantaian.
Doktrin kenabian Mirza Ghulam Ahmad ini tidak terlepas dari pemaknaan hadis Ahmadiyah Qodyan tentang nuzul Isa al- Masih yang dilakukan oleh Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad putra Mirza Ghulam Ahmad. Menurut Ahmadiyah Qodyan, yang diramalkan dalam hadis tersebut adalah Mirza Ghulam Ahmad dengan posisi sebagai nabi layaknya nabi-nabi terdahulu.
Sebagai respon terhadap doktrin Ahmadiyah Qodyan ini, Maulana Muhammad Ali, yang merupakan salah satu pengikut setia Mirza Ghulam Ahmad mendirikan gerakan tandingan dengan nama Ahmadiyah Lahore dan menentang doktrin ini, karena menurutnya bertentangan dengan pandangan Mirza Ghulam Ahmad.
Untuk mematahkan pandangan Ahmadiyah Qodyan yang dianggap salah tersebut, Maulana Muhammad Ali memahami hadis nuzul Isa al- Masih tersebut sebagai ramalan Rasulullah tentang datangnya al-Masih Mirza Ghulam Ahmad yang memiliki sifat seperti Isa al-Masih dan bukan sebagai seorang nabi.
Penelitian ini berusaha mengkaji pemahaman Maulana Muhammad Ali terhadap hadis nuzul Isa al-Masih. Dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dan pendekatan sejarah pemikiran (intellectual history) berupa pemahaman holistik dengan menggabungkan tiga unsur penting berupa teks (karya tulis), konteks, dan hubungan antara teks dengan masyarakat yang melingkupi Maulana Muhammad Ali.
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang pemahaman Maulana Muhammad Ali terhadap hadis nuzul Isa al-Masih secara komprehensif.
Dari hasil penelitian, hadis nuzul Isa al-Masih ini dipahami oleh Maulana Muhammad Ali secara metaforis. Dalam pemaknaan metaforisnya, Maulana Muhammad Ali menggunakan metode tematik dengan dibantu oleh dua pendekatan yaitu bahasa dan sejarah (kisah-kisah dalam Bibel). Pemaknaan metaforisnya ini terpengaruh oleh sikap simpatisnya kepada Mirza Ghulam Ahmad.
Kata nabi dan Isa ibn Maryam dalam hadis dipahamai secara metaforis yaitu dengan hadirnya Mirza Ghulam Ahmad (yang memiliki sifat seperti Isa ibn Maryam) dan berposisi sebagai Muhaddas| (nabi dalam arti bahasa, penerima berita). Hadis ini dianggapnya sebagai dalil tentang diangkatnya Mirza Ghulam Ahmad sebagai al-Masih yang dijanjikan dengan beberapa gelar yaitu Muhaddas, Mujaddid, dan juga al-Mahdi.
Comment here