Gerakan Ahmadiyah Indonesia berpegang teguh pada prinsip:

  1. Percaya dengan yakin akan keesaan Allah dan Kenabian Muhammad saw.
  2. Percaya dengan yakin bahwa Nabi Muhammad saw. adalah Nabi terakhir dan yang terbesar di antara para nabi. Dengan datangnya beliau agama telah disempurnakan oleh Allah. Oleh sebab itu, sepeninggal beliau tak akan ada nabi lagi yang diutus; akan tetapi pada tiap-tiap permulaan abad Hijriah, akan diutus Mujaddid-mujaddid (pembaharu-pembaharu), untuk melayani dan menegakkan Islam.
  3. Percaya dengan yakin, bahwa Al-Qur’an Suci adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Suci Muhammad saw., tak ada satupun ayat yang dihapus selama-lamanya sampai Hari Kiyamat, Qur’an menjadi pedoman dan petunjuk bagi kaum Muslimin
  4. Mengakui bahwa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah Mujaddid abad 14 Hijirah. Beliau bukan Nabi dan tidak pernah mengaku Nabi.
  5. Percaya bahwa Allah kerap kali mewahyukan sabda-Nya kepada orang-orang suci yang dipilih oleh Allah di antara kaum Muslimin, meskipun mereka bukan nabi. Orang-orang semacam ini disebut Mujaddid atau Muhaddats, artinya orang yang diberi sabda Allah. Anugerah semacam itu acapkali disebut dzillunnubuwwah, artinya bayang-bayang kenabian. Sebagaimana kata dzillullaah atau bayang-bayang Allah berarti raja, bukan Allah, demikian pula kata dzillun-nabiy atau bayang-bayang Nabi ini bukan berarti Nabi yang sungguh-sungguh.
  6. Barangsiapa mengucapkan dua kalimah syahadat: “asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadarrasuulullah” dan percaya akan arti dan maksudnya, maka ia adalah orang Islam, bukan kafir.
  7. Menghormati dan memuliakan para sahabat, para wali dan para ulama besar Islam. Tak membeda-bedakan penghormatan terhadap para sahabat, para wali, para muhaddats dan para Mujaddid.
  8. Menyebut kafir kepada orang Islam adalah perbuatan yang amat keji. Oleh sebab itu, tak akan bersalat makmum di belakang siapa saja yang menyebut kafir kepada orang Islam; hal ini untuk menunjukkan betapa tidak sukanya terhadap perbuatan semacam itu; sikap demikian dilakukan terhadap siapa saja, baik ia itu orang Ahmadi ataupun bukan. Sebaliknya, mau bersalat makmum di belakang siapa saja yang tidak mengafirkan orang Islam.
  9. Mengakui akan benarnya hadits nuzulul Masih atau turunya Al-Masih. Akan tetapi oleh karena Qur’an Suci sendiri, dengan kata-kata yang terang telah berfirman bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat, maka kita percaya bahwa Masih yang turun pada akhir zaman, bukanlah Nabi Isa bangsa Israil, melainkan seorang Mujaddid yang sifat-sifatnya ada persamaannya dengan Nabi a.s.
  10. Percaya bahwa tak ada paksaan untuk memeluk agama Islam, dan percaya bahwa tak ada Imam Mahdi yang datang menyiarkan Islam dengan pedang. Adapun Imam Mahdi yang sesungguhnya ialah seorang Mujaddid yang dianugerahi petunjuk dan sabda Allah untuk menegakkan menjaga dan menghayati agama Islam yang sejati