Gerakan Ahmadiyah tidak menang dan merasa menang, jika Islam belum mendapat kemenangan, karena Gerakan Ahmadiyah adalah pelayan Islam semata-mata. Dan Gerakan Ahmadiyah meyakini sepenuhnya bahwa Islam mempunyai kekuatan yang tak ada taranya di dunia, karena agama Islam adalah agama fitrah (agama kodrat) manusia seluruhnya.

Merasa kuat itu belum tentu kuat sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, orang Islam tak cukup hanya merasa kuat, tetapi ia harus kuat sungguh-sungguh. Adapun caranya ialah dengan mengenal Undang-Undang Allah, baik yang tersirat di alam semesta maupun yang tersurat di dalam Qur’an Suci.

Nabi Muhammad saw. adalah contoh yang paling baik. Beliau telah membawa perubahan yang tak ada taranya dalam sejarah dunia. Beliau telah mengubah ruh Jahiliah menjadi ruh Islam dan Iman yang mengguncangkan dunia.

Bukan dengan jalan tambal sulam barang yang rusak, melainkan mengubah sama sekali asas Jahiliah. Beliau meniupkan ruh baru yang hanya tunduk kepada Allah, dengan memutuskan segala tali pengikat yang membelenggu kemerdekaan ruhnya.

Tak ada paksaan dalam memilih agama atau kepercayaan, baik paksaan dengan pedang, maupun paksaan dengan harta atau kedudukan, lebih-lebih paksaan dengan tipu daya.

Islam tak mengenal paksaan dalam memilih agama. Memeluk agama atau kepercayaan itu harus dari pilihan manusia itu sendiri. Syarat dan kemampuan untuk memilih itu sesudah orang mencapai akil baligh.

Islam itu bukan orang dan bukan umat. Oleh karena itu, musuhnya pun bukan orang atau umat. Musuh Islam ada yang bersemayam dalam dada kaum Muslimin dan kaum non-Muslim.

Musuh Islam yang bersemayam di dalam dada kaum Muslimin dan kaum non-Muslim antara lain berupa kemusyrikan (termasuk pula syirik khafi), kekafiran, kemaksiatan dan kefasikan (pendurhakaan).

Dalam hal ini, Gerakan Ahmadiyah terpanggil oleh sebuah kewajiban untuk mengajak manusia memerangi musuh-musuh itu dengan cara mengabdi kepada Allah Yang Maha Esa dan menghormati sekalian Utusan Allah.

Atas dasar itu, Gerakan Ahmadiyah berpedoman pada rumusan jati diri dan prinsip sebagai berikut:

  1. Islam adalah agama yang hidup. Semua pengikutnya yang sempurna, dengan ridha Ilahi, dapat berhubungan dengan-Nya.
  2. Islam adalah agama kesatuan. Semua umat Islam adalah saudara dan tak seorangpun dapat disebut kafir karena berbeda pendapat, selama ia berpegang teguh kepada kalimat laailaaha illallaah Muhammadarrasuuuullah (Tak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah)
  3. Islam berpandangan liberal. Islam mengakui kesatuan umat manusia dan menerima semua Nabi yang dibangkitkan diantara semua bangsa di dunia.
  4. Islam adalah agama yang unggul dan tak bisa diungguli. Prinsip-prinsip ajarannya secara bertahap akan diterima dan memperoleh kemajuan di dunia
  5. Islam adalah agama yang rasional. Baik ajaran pokok (ushul) maupun cabang-cabang (furu’)nya selaras dengan nalar dan fitrah manusia.
  6. Pintu Ijtihad tetap terbuka untuk selama-lamanya.
  7. Kitab Suci Al-Qur’an mendapat tempat yang pertama dan utama dalam kehidupan, dan merupakan sumber hukum Islam yang asli dan tak dapat diganti. Hadits datang sesudah itu dan berada di bawah Al-Qur’an. Sesudah itu datang Fiqih (yurisprudensi) dan Ijtihad para Imam, yang kedua-duanya berada di bawah Qur’an Suci dan Hadits Nabi saw
  8. Kitab Suci Al-Qur’an adalah sumber petunjuk bagi umat manusia sepanjang zaman. Tak ada satu ayat pun yang pernah hapus atau akan dihapus
  9. Kitab Suci Al-Qur’an memiliki daya rohani yang besar; oleh karena itu tidak memerlukan dan tak akan memerlukan pedang.
  10. Kitab Suci Al-Qur’an adalah kumpulan semua kebenaran rohani dan agama, dan memancarkan sinar kepadanya. Tidak hanya mendorong ke arah kemajuan dibidang agama saja, tetapi juga memberikan dalil-dalil dalam memperjuangkannya.
  11. Nabi Suci Muhammad saw. memiliki sifat-sifat kesempurnaan semua Nabi terdahulu; oleh karena itu umat manusia tidak memerlukan datangnya Nabi lagi.
  12. Nabi Suci Muhammad saw. adalah penutup para Nabi. Sesudah beliau tidak akan datang lagi, baik Nabi lama ataupun Nabi baru. Para Mujaddid (pembaharu) akan bangkit pada tiap-tiap permulaan abad untuk membetulkan kesalahan-kesalahan umat Islam dan memberi bimbingan ke jalan yang benar.
  1. Percaya dengan yakin akan keesaan Allah dan Kenabian Muhammad saw.
  2. Percaya dengan yakin bahwa Nabi Muhammad saw. adalah Nabi terakhir dan yang terbesar di antara para nabi. Dengan datangnya beliau agama telah disempurnakan oleh Allah. Oleh sebab itu, sepeninggal beliau tak akan ada nabi lagi yang diutus; akan tetapi pada tiap-tiap permulaan abad Hijriah, akan diutus Mujaddid-mujaddid (pembaharu-pembaharu), untuk melayani dan menegakkan Islam.
  3. Percaya dengan yakin, bahwa Al-Qur’an Suci adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Suci Muhammad saw., tak ada satupun ayat yang dihapus selama-lamanya sampai Hari Kiyamat, Qur’an menjadi pedoman dan petunjuk bagi kaum Muslimin
  4. Mengakui bahwa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad adalah Mujaddid abad 14 Hijirah. Beliau bukan Nabi dan tidak pernah mengaku Nabi.
  5. Percaya bahwa Allah kerap kali mewahyukan sabda-Nya kepada orang-orang suci yang dipilih oleh Allah di antara kaum Muslimin, meskipun mereka bukan nabi. Orang-orang semacam ini disebut Mujaddid atau Muhaddats, artinya orang yang diberi sabda Allah. Anugerah semacam itu acapkali disebut dzillunnubuwwah, artinya bayang-bayang kenabian. Sebagaimana kata dzillullaah atau bayang-bayang Allah berarti raja, bukan Allah, demikian pula kata dzillun-nabiy atau bayang-bayang Nabi ini bukan berarti Nabi yang sungguh-sungguh.
  6. Barangsiapa mengucapkan dua kalimah syahadat: “asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadarrasuulullah” dan percaya akan arti dan maksudnya, maka ia adalah orang Islam, bukan kafir.
  7. Menghormati dan memuliakan para sahabat, para wali dan para ulama besar Islam. Tak membeda-bedakan penghormatan terhadap para sahabat, para wali, para muhaddats dan para Mujaddid.
  8. Menyebut kafir kepada orang Islam adalah perbuatan yang amat keji. Oleh sebab itu, tak akan bersalat makmum di belakang siapa saja yang menyebut kafir kepada orang Islam; hal ini untuk menunjukkan betapa tidak sukanya terhadap perbuatan semacam itu; sikap demikian dilakukan terhadap siapa saja, baik ia itu orang Ahmadi ataupun bukan. Sebaliknya, mau bersalat makmum di belakang siapa saja yang tidak mengafirkan orang Islam.
  9. Mengakui akan benarnya hadits nuzulul Masih atau turunya Al-Masih. Akan tetapi oleh karena Qur’an Suci sendiri, dengan kata-kata yang terang telah berfirman bahwa Nabi Isa a.s. telah wafat, maka kita percaya bahwa Masih yang turun pada akhir zaman, bukanlah Nabi Isa bangsa Israil, melainkan seorang Mujaddid yang sifat-sifatnya ada persamaannya dengan Nabi a.s.
  10. Percaya bahwa tak ada paksaan untuk memeluk agama Islam, dan percaya bahwa tak ada Imam Mahdi yang datang menyiarkan Islam dengan pedang. Adapun Imam Mahdi yang sesungguhnya ialah seorang Mujaddid yang dianugerahi petunjuk dan sabda Allah untuk menegakkan menjaga dan menghayati agama Islam yang sejati