Sesudah rubrik tausiah yang berisi nasihat dari Mujaddid tentang hikmah penderitaan manusia dalam kehidupan beragama, pada kali ini Redaksi memuat tiga artikel, yang berisi materi ceramah dan presentasi dari para pembicara tamu di forum Jalsah Salanah GAI Desember 2013 lalu.
Meski muatan tulisan itu sudah disampaikan secara verbal di forum Jalsah yang sudah berlalu cukup lama, namun kami merasa perlu untuk tetap menghadirkannya kembali di sini. Selain sebagai modus dokumentasi, tentu saja hal ini dilakukan agar supaya semakin banyak di antara kita yang membaca dan mengetahuinya.
Karena, dalam penilaian kami, materi para pembicara itu cukup penting untuk dibaca oleh kita semua, sebagai bahan refleksi bagi gerak langkah kita ke depan, baik sebagai warga GAI secara khusus maupun sebagai bagian dari keluarga muslim pada umumnya.
Artikel pertama dan kedua adalah hasil transkrip dari Ibu Tina Afiatin Yatimin (Yogyakarta) dari rekaman video yang kami dapatkan dari Bapak Ali Sodikin (Kediri) –kepada keduanya kami ucapkan terima kasih tak terhingga. Kemudian Redaksi memberi judul, melakukan koreksi seperlunya, dan memberi penjelasan di beberapa bagian.
Yang pertama adalah ceramah umum di malam pertama Jalsah, yang disampaikan oleh K.H. Abdul Muhaimin, seorang tokoh NU yang cukup populer karena keaktifannya di berbagai forum lintas iman. Selain mengasuh pondok pesantren di kediamannya di Kota Gede, beliau aktif juga sebagai koordinator Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB) Yogyakarta. Beliau adalah salah satu yang menjadi tuan rumah ketika Dr. Abdul Karim Saeed Pasha, Amir AAIIL Pakistan, berkunjung untuk yang kedua kalinya di Indonesia pada tahun 2010.
(Lihat Video-nya di sini)
Yang kedua adalah presentasi Dr. Ahmad Nadjib Burhani, dalam forum semi-seminar di hari kedua Jalsah. Lulusan Universitas California Santa Barbara (USCB) ini sudah cukup lama berinteraksi dengan GAI, dalam kaitannya dengan penelitian doktoralnya. Disertasi beliau mengangkat kasus Ahmadiyah di Indonesia, dengan judul “When Muslims are not Muslims: The Ahmadiyya Community and The Discourse on Heresy in Indonesia”. Rencananya, disertasi ini akan beliau terbitkan dalam edisi bahasa Indonesia.
(Lihat Video-nya di sini)
Artikel ketiga adalah tulisan langsung dari Dr. Nawari Ismail, yang didapat oleh Panitia Jalsah sebelum dipresentasikan di forum semi-seminar Jalsah. Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) di UMY ini juga sudah cukup akrab dengan GAI, dan sering sekali bersilaturahmi ke kantor Pedoman Besar di Baciro. Saat ini beliau masih menyelesaikan penelitiannya terkait dengan kelompok minoritas di Indonesia.
Sesungguhnya, ada satu lagi pembicara di forum semi-seminar Jalsah, yakni Prof. Dr. Iskandar Zulkarnain, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga. Sayang, Redaksi tidak memperoleh tulisan maupun rekaman presentasi beliau.
Yang terakhir, di rubrik kolom, adalah sebuah testimoni dan kesan dari Bapak Fathurrahman, seorang warga GAI dari Jakarta, yang sesudah sekian lama, baru kembali mengikuti Jalsah GAI di akhir tahun 2013 lalu itu. Beliau adalah putra salah satu tokoh pendiri GAI, yakni Bapak Muhammad Irsyad. Kerinduannya terhadap forum Jalsah beliau tuangkan dalam sebuah tulisan, yang menyiratkan betapa besar ghirah dan gairahnya untuk kembali bersama dalam perjuangan gerakan.
Semoga semangat yang sama bisa menulari kita, dengan membaca beberapa tulisan di Fathi Islam edisi kali ini. Selamat membaca![]
Untuk mengunduh majalah ini, silahkan klik pada gambar cover di bawah ini
Comment here