Pustaka

Fathi Islam | Edisi 001 | 2013

Kasus kekerasan terhadap Jemaat Ahmadiyah di Indonesia yang muncul dari waktu ke waktu, diakui atau tidak, tetap berdampak terhadap psikologis warga GAI pada umumnya –setidaknya karena kita disangka, atau malah menyangka diri, sebagai sama-sama pihak yang tertuduh. Kita pun menjadi seolah ikut terpenjara oleh situasi dan kondisi, yang sesungguhnya hadir dan mengada oleh karena pikiran atau ketakutan yang kita ciptakan sendiri.

Fathi Islam Edisi 001Mungkin kita harus mengambil hikmah pelajaran dari Nabi Yusuf a.s., yang kisahnya terbabar dalam Qur’an Suci. Yusuf a.s. tetap dipenjara oleh karena kasus nista yang dituduhkan kepadanya, meskipun pengadilan tak menemukan satu kesalahan pun pada diri beliau. Tetapi di dalam keterpenjaraan itu beliau justru malah lebih intensif dalam melakukan upaya pendekatan diri kepada Allah, dan menyebarluaskan ajaran tauhid kepada teman-temannya sepenjara. Boleh jadi, beliau diangkat sebagai Nabi Utusan Allah justru ketika berada di dalam penjara.

Pada saat Yusuf dipenjara itu pula, Negeri Mesir menghadapi masalah besarnya. Tak ada pejabat negara maupun pakar yang mampu memberi solusi. Yusuf-lah satu-satunya orang yang mampu memunculkan gagasan guna mengatasi masalah itu, atas petunjuk Allah. Akhirnya, bukan saja dibebaskan dari penjara, tetapi bahkan beliau menjadi tokoh paling penting dalam menyelamatkan rakyat Mesir dari problematika kehidupannya.

***

Dalam beberapa tahun terakhir ini, komunikasi Pedoman Besar dengan warga GAI di berbagai daerah sangat minimal, untuk tidak mengatakan hampir tidak ada. Padahal, komunikasi itu diperlukan untuk saling berbagi rasa dan menguatkan satu sama lain. Dulu, komunikasi itu paling tidak bisa dilakukan melalui kunjungan para muballigh PB, sehingga hal-hal yang penting bisa dikomunikasikan secara langsung. Tetapi, kini para muballigh PB itu sudah mengalami keterbatasan-keterbatasan, entah karena faktor fasilitas maupun faktor personal, semisal problem usia ataupun kesehatan.

Komunikasi antar warga GAI sedikit banyak terbantu dengan adanya media online (website) yang dikelola oleh “Tim Khusus” PB GAI dengan alamat http://ahmadiyah.org. Meskipun, harus diakui bahwa media ini masih banyak kekurangan dan harus terus menerus disempurnakan. Belakangan, perkembangan situs ini cukup signifikan dan menggembirakan. Hal ini setidaknya tampak dari intensitas kunjungan dan respon dari para pengguna internet di berbagai belahan dunia terhadap situs itu.

Namun, rupa-rupanya media cetak sebagai sarana komunikasi internal GAI tetap mutlak menjadi kebutuhan, terutama bagi warga yang jarang atau kesulitan dalam mengakses internet, atau apalagi bagi mereka yang belum memiliki fasilitas untuk itu. Dan untuk keperluan itulah Fathi Islam dibangkitkan kembali dari mati surinya yang cukup panjang.

Selain sebagai media syiar dan komunikasi, Fathi Islam dihadirkan kembali adalah juga sebagai salah satu wujud do’a. yang bisa mendorong kita untuk semakin mengesakan Allah dan mendekatkan diri kepadaNya. Dengan begitu, setiap kita diharapkan dapat membebaskan diri dari “rasa keterpenjaraan”, menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas tinggi, dan menjadi bagian penting dari solusi atas berbagai masalah yang menimpa negeri Indonesia yang kita cintai ini.

Semoga Allah berkenan meridhai munajat kita. Amin.[]

[Klik gambar untuk melihat atau mengunduh majalah]

 

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »