ArtikelKliping

Memudakan Pengertian Islam

Saya tidak akan membicarakan di sini pergerakan-pergerakan politik di kalangan umat Islam India itu –seperti misal All-India Moslem League, atau sayap Islam dari Indian National Congress, yang lapang pekerjaannya terutama sekali terletak di bagian politik, tetapi yang tokh barang tentu sekali ada pengaruh pula di atas lapangan syari’at dan pengertian agama, tetapi saya sebutkan di sini beberapa pergerakan muslim India yang semata-mata bercorak agama dan yang nyata-nyata menjadi elemen-elemen pembaharuan di atas lapangan “moslem outlook” itu.

Pergerakan-pergerakan muda inilah yang nyata menjadi gelombang-gelombangnya aliran panta rei yang mencuci “outlook” itu dengan lambat laun. Orang boleh mufakat, atau tidak mufakat, boleh mengutuk atau tak mengutuk pergerakan-pergerakan muda ini, tetapi orang tidak dapat membantah kenyataan, bahwa pergerakan-pergerakan ini banyak berjasa mengoreksi keagamaan umat Islam di India, membersihkan kotoran-kotoran faham di dalam dunia Islam di India, meliberalkan “outlook”-nya sebagian kaum kolot di India sejak bertahun-tahun.

Pertama “Pergerakan Aligarh”, kedua “Pergerakan Ahmadiyah”. Pergerakan Aligarh yang berpusat di Aligarh, dan Pergerakan Ahmadiyah yang berpusat di Lahore.

Nama yang orang berikan kepada Bapak Pergerakan Aligarh itu, Sir Ahmad Khan, adalah jitu sekali buat menggambarkan “outlook”nya pergerakan itu. Orang namakan Sir Ahmad Khan “The Apostle of Reconciliation” –De Apostel der Verzoening, Dutanya Perdamaian. Perdamaian antara kemajuan dan agama Islam, perdamaian antara kemoderenan dan syari’at. Reconciliation, verzoining, perdamaian … dan bukan tabrakan! Herankah kita, kalau kita melihat cara bekerjanya kaum Aligarh penuh dengan reconciliation pula? Secara “halus”, secara “bijaksana”, secara … “perdamaian”? Perdamaian, dan bukan membongkar mentah-mentah faham-faham yang salah, bukan mengadakan pengertian yang baru, –bukan reinterpretasi yang baru, yang berkata: “inilah interpretasi yang benar, yang lain adalah salah”.

Lain sekali dengan metode pergerakan yang kedua, yakni Pergerakan Ahmadiyah. Ahmadiyah tidak percaya bahwa bisa ada perdamaian antara salah dan benar. Bukan reconciliation-lah ia punya semboyan, ia punya semboyan ialah reinterpretasi. “Interpretasi yang dulu adalah salah, marilah kita buang interpretasi yang salah itu, marilah kita mencari interpretasi yang baru”.

Ahmadiyah adalah besar pengaruhnya, juga di luar India. Ia bercabang di mana-mana ia menyebarkan banyak perpustakaannya ke mana-mana. Sampai di Eropah dan Amerika orang baca ia punya buku-buku, sampai di sana ia sebarkan ia punya propagandis-propagandis. Corak ia punya sistim adalah mempropagandakan Islam dengan mempertahankan Islam itu terhadap serangan-serangan dunia Nasrani; mempropagandakan Islam dengan membuktikan kebenaran Islam di hadapan kritiknya dunia Nasrani. Ya, … Ahmadiyah tentu ada cacat-cacatnya, –dulu saya pernah terangkan di dalam surat kabar “Pemandangan” apa sebab misalnya saya tidak mau masuk Ahmadiyah–, tetapi satu hal adalah nyata sebagai satu batu-karang yang menembus air laut: Ahmadiyah adalah salah satu faktor penting di dalam pembaharuan pengertian ISlam di India, dan satu faktor penting pula di dalam propaganda Islam di benua Eropah khususnya, di kalangan kaum intelektual seluruh dunia umumnya.

Buat jasa ini, –cacat-cacatnya saya tidak bicarakan di sini–, ia pantas menerima salut penghormatan dan terima kasih itu, marilah kita ucapkan kepadanya di sini dengan cara yang tulus dan ikhlas!

 

[Soekarno, Majalah Panji Islam Medan, nomor 12 dan 13 Tahun 1940 | Dipublikasikan ulang dalam “Pembaruan Faham Islam di Indonesia: Dialog Bung Karno – A. Hassan“, Editor: M. Thalib dan Haris Fajar, Penerbit Sumber Ilmu Yogyakarta, 1985]

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »