Oleh : Mardiyono
|| “Doa seekor katak” ialah judul buku cerita pendek karangan Frater Anthony de Mello. Salah satu cerita ialah mengenai bencana banjir yang melanda suatu daerah.
Diceritakan, air makin naik dan makin naik saja, menggenangi rumah-rumah, juga sebuah gereja kecil yang dihuni oleh seorang Pastur. Sang Pastur amat percaya bahwa Tuhan Yang Maha Penolong bakal menolongnya dalam banjir yang airnya makin naik dan makin naik terus. Ada perahu para pengungsi lewat, orang teriak: “Mari Pastur, ikutlah naik perahu ke tempat aman”. Dijawab oleh sang Pastur: “Jangan pikirkan aku, sebab aku pasti ditolong oleh Tuhan”.
Air bah naik terus, sang Pastur terpaksa naik di menara gereja. Air naik terus, dan Pastur naik lagi di menara makin tinggi. Ada teriakan lagi “Pastur, Pastur”, yaitu perahu lain yang lewat membawa pengungsi. Pastor diminta ikut, tetapi menolak lagi, karena ia percaya Tuhan pasti menolongnya.
Air naik terus mendekati puncak menara, sehingga sang Pastur terpaksa keluar lewat jendela dan duduk di puncak menara. Lagi ada perahu lewat membawa pengungsi. “Mari Pastur, ikutlah kami”. Lagi-lagi, sang Pastur berteriak, “Jangan pikirkan aku, Tuhan pasti menolongku”. Demikianlah, sang air terus menanjak naik, sampai akhirnya sang Pastor tenggelam dan menemui ajalnya.
Di akhirat sang Pastur bergegas-gegas mencari Tuhan. Setelah berjumpa langsung sang Pastur mengeluh, “Ya Tuhan, ada banjir bandang sampai saya tenggelam. Mengapa Tuhan Maha Penolong tetapi tidak menolongku?”
Jawab Tuhan, “Bukankah Aku sudah mendatangimu sampai tiga kali, tetapi mengapa pula engkau selalu menolak untuk ikut mengungsi?”
***
Manusia, meskipun sudah ingat dan percaya kepada Tuhan, namun dapat saja tidak WASPADA akan uluran Tangan Tuhan Yang Maha Penolong. Tuhan Yang Maha Rahman, Maha Rahim, Maha Pelindung, Maha Cinta Kasih, Maha Penuntun, Maha memberi selamat, Maha memberi rejeki, Maha memberi sukses, Maha mengevolusi lahir batin, Maha Pengampun, yang selalu memperhatikan doa-doa manusia.
Namun manusia tidak waspada, atau juga tak yakin. Manusia masih saja merasa keadaan dirinya statis, yang dapat membuatnya gelisah dan hati kesal, kadang “nggresula”, merasa tidak diperhatikan. Rasanya Tuhan Maha jauh, manusia merasa terlantar. Tapi ada pula yang takabur karena PERCAYA DIRI-nya. Bukankah demikian dengan sang Pastur?
Remedinya ialah ISTIGHFAR sampai akhirnya Tuhan Yang Maha Cinta Kasih menurunkan ASLAMA kepada manusia, yaitu serah diri total kepada Tuhan, yang insya Allah disertai dengan WASPADA, bahwa setiap saat Tuhan amat bersedia untuk memberi kepada manusia rahmat, anugerah dan pertolongan-Nya dalam mengevolusi manusia yang benar-benar “dengan sekuat tenaganya” berusaha untuk menjadi sempurna lahir batin. Itulah perkenan Tuhan yang memanifestasi diri dengan ASMAUL HUSNA-Nya.
Ingat kepada Tuhan, namun juga yang waspada! Maka resep “ELING LAWAN WASPADA” dari Ki Ranggawarsita dalam Serat Kalatida mengenai “Jaman Edan” ternyata adalah mujarab, yang insya Allah dapat membuat manusia mengalami mukjizatnya Tuhan Maha Dekat, Maha Pengatur segala-galanya, meskipun zamannya edan. Insya Allah manusia waspada bahwa apapun yang ia alami dan jumpai adalah perkenan Tuhan agar supaya manusia dapat mencapai KESEMPURNAAN lahir batin dengan nasib yang sebaik-baiknya di dunia dan di akhirat.
Yaitu “Manusia yang takut kepada Tuhan, baginya ada dua Surga” (QS 55:46).
Maka, waspadalah! []
Comment here