Menurut fitrahnya manusia itu amat lemah, sementara di atas pundaknya telah diletakkan berbagai beban hukum Ilahi. Oleh karenanya, termasuk fitrahnya yang lemah jualah, bila manusia kurang sempurna dalam menjalankan hukum-hukum Ilahi itu. Apalagi, ketika gejolak nafsu amarah tengah menguasainya.
Maka, dipandang dari itu, Saudara berhak untuk bertaubat dan beristighfar di saat mengalami kesesatan dan kesalahan. Dengan begitu, rahmat Allah akan menyelamatkan Saudara dari kebinasaan. Sebab, andaikan Allah bukan dia yang Maha menerima taubat, niscaya berbagai hukumNya tak akan dibebankan kepada manusia. Karena itulah Allah disebut Thawwaab, yang kasih sayangnya berulang dan terus berulang, sekaligus juga Ghafuur, yang maha mengampuni.
Taubat harus Saudara artikan sebagai upaya meninggalkan kejahatan disertai dengan sumpah setia bahwa sesudahnya Saudara tak sekali-kali akan melakukan hal serupa di kemudian hari, meski Saudara harus berjalan di atas bara api sekalipun. Selagi Saudara dengan tulus hati dan dengan niat yang kuat mau kembali ke hadiratNya, maka Allah yang Maha mulia lagi Maha pengasih tentu akan memaafkan dan menghindakan Saudara dari siksaan karena dosa-dosa Saudara.
Mengabulkan taubat dan menyelamatkan manusia dari kehancuran adalah termasuk salah satu sifat Allah Ta’ala. Sebab, jika seandainya Allah tak menerima taubat manusia, pastilah dosa-dosa manusia akan tak terhingga adanya.
Agama Kristen juga cenderung menerima pertaubatan, tetapi dengan syarat bahwa yang bertaubat haruslah orang Kristen itu sendiri. Tetapi lain halnya dalam Islam. Untuk bertaubat, tidak ada syarat harus dari suatu agama tertentu. Sungguh, Tuhan menerima taubat manusia, dari penganut agama pun. Hanya bagi mereka yang menolak Kitab dan UtusanNya sajalah, dosa akan tetap menempel padanya.
Sungguh mustahil manusia dapat mencapai keselamatan hanya dengan amalan belaka. Maka termasuk kemurahanNyalah, Allah Ta’ala berkenan menerima taubat Saudara dan memberi kekuatan, sehingga Saudara dapat selamat dari perbuatan dosa.
QS:Al-Ahzab | Ayat: 40
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.