ArtikelIslamologiRamadhan

Arti Zakat dalam Islam

person counting cash money

Dalam terminologi Islam, zakat artinya adalah sedekah wajib. Kadang-kadang juga, dalam hadits, zakat hanya disebut shadaqah.

Istilah zakat berasal dari kata zaka, artinya “tumbuh dengan subur.” Makna lain dari kata zaka, seperti halnya digunakan oleh Qur’an, adalah suci dari dosa.”

Di dalam Qur’an, misalnya, berulangkali Nabi Suci disebut sebagai “orang yang menyucikan mereka yang mengikutinya” (yuzakkiihim atau yuzakkiikum) (lihat QS 2:129, 151; 3:163; 9:103; 62:2). Qur’an juga berulangkali menyatakan bahwa orang yang sukses dalam hidupnya adalah orang yang berhasil menyucikan jiwanya (QS 91:9, 92:18).

Kata zakat juga digunakan dalam arti “orang yang suci dari dosa.” Pada waktu menceritakan Nabi Yahya, misalnya, Qur’an menyatakan, “Dan Kami karuniakan hikmah kepadanya selagi ia masih kanak-kanak, dan dikaruniakan pula kepadanya kebaikan dan kesucian (zakat) hati dari Kami” (QS 19:12-13). Di tempat lain lagi dalam Qur’an dikatakan bahwa seorang anak itu “lebih suci (zakat) daripada yang lain” (QS 18:81).

Jadi, dalam pengertian zakat, terkandung makna kesucian, pertumbuhan rohani, dan kesuksesan hidup.

Menurut Imam Raghib, zakat adalah “harta yang diambil dari kaum kaya untuk diberikan kepada kaum miskin.” Disebut zakat karena harta yang dikeluarkan itu akan justru tumbuh berkembang dan menjadi sumber kesucian.

Kedua alasan ini sama benarnya. Sebab, mengeluarkan zakat untuk dibagikan kepada masyarakat miskin, bukan hanya akan menjadi sumber kebahagiaan bagi orang per orang, melainkan pula menambah besarnya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Di samping itu, zakat juga menyucikan hati orang yang menunaikannya dari kecintaan yang berlebihan terhadap harta, yang seringkali menjatuhkan banyak orang dalam dosa. Nabi Suci bahkan menggambarkan zakat itu sebagai “harta yang dipinjam kaum kaya, yang harus dikembalikan kepada kaum miskin.” (HR Bukhari 24:1).

Signifikansi Zakat

Berulangkali di dalam Qur’an, terdapat dua macam kewajiban yang diperintahkan secara bersamaan, yakni mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Kita bisa baca perihal ini baik dalam Surat yang paling awal diturunkan maupun dalam Surat yang diturunkan menjelang akhir hayat Nabi Suci.

Dalam Surat 73, yang tak sangsi lagi diturunkan pada zaman permulaan, terdapat ayat yang berbunyi, “Dan tegakkanlah shalat, dan bayarlah zakat, dan persembahkanlah kepada Allah persembahan yang baik” (QS 73:20).

Lalu dalam Surat 9, yang diturunkan paling akhir, terdapat ayat yang berbunyi, “Yang mengunjungi masjid-masjid Allah hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang tidak takut kepada siapa pun selain kepada Allah” (QS 9:18).

Shalat dan zakat bukan saja selalu disebutkan bersama-sama dalam sejumlah besar ayat Qur’an,[1] tetapi kedua macam kewajiban itu diberlakukan sebagai rukun Islam yang asasi. Dua ayat di atas setidaknya menunjukkan kesimpulan ini, di samping beberapa ayat di bawah ini:

“Dan mereka tak disuruh kecuali untuk mengabdi kepada Allah dengan pengabdian yang tulus ikhlas dan lurus kepada-Nya. Demikian pula supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Inilah agama yang benar” (QS 98:5).

“Inilah ayat-ayat Kitab yang Bijaksana. Petunjuk dan rahmat bagi orang yang berbuat baik, yaitu orang yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan mereka yakin kepada Akhirat” (31:2-4).

“Tetapi jika mereka bertaubat, lalu mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka itu saudara kamu seagama” (9:11).

Zakat pada dasarnya adalah syariat semua para nabi

Dalam Qur’an Suci, shalat dan zakat juga sama-sama disebutkan sebagai syariat yang mendasar dalam agama yang dibawa para nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Dalam Qur’an, misalnya, Nabi Ibrahim dan keturunannya dinyatakan, “Dan mereka Kami jadikan pemimpin, yang memimpin umat mereka berdasarkan perintah Kami. Dan Kami wahyukan kepada mereka supaya berbuat baik, mendirikan shalat dan menunaikan zakat” (QS 21:73).

Syariat Bani Israel juga memuat perintah semacam itu. Qur’an menegaskan, “Dan Allah berfirman: Sesungguhnya Aku menyertai kamu. Jika kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, beriman kepada para Utusan-Ku dan membantu mereka, dan mempersembahkan kepada Allah persembahan yang baik, niscaya Aku akan menutupi perbuatan buruk engkau, dan Aku masukkan engkau ke dalam Taman yang di dalamnya mengalir sungai-sungai” (QS 5:12).

Nabi Ismail disebut juga sebagai pemberi perintah semacam itu kepada umatnya, “Dan ia (Ismail) menyuruh para pengikutnya supaya mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah orang yang Tuhan berkenan kepadanya” (QS 19:55).

Bahkan Nabi ‘Isa pun dikatakan menerima perintah semacam itu: “Dan Dia menyuruh aku mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup” (QS 19:31).[2]

Pandangan agama-agama seperti tersebut di atas, merujuk pada Qur’an Suci, menunjukkan bahwa tujuan pokok semua agama adalah mengabdi kepada kepentingan umat dan memerangi kemiskinan.

Memang benar bahwa kesan mengenai tujuan pokok itu tak begitu ditekankan dalam agama-agama sebelum Islam. Lagipula, syariat zakat, seperti halnya syariat yang lain, baru mencapai kesempurnaan setelah agama dibuat sempurna dalam Islam.


[1] Klein menyatakan bahwa kata zakat dan shalat disebutkan secara bersamaan dalam 82 ayat Qur’an” (RI, hal. 156 footnote). Kami sendiri memang menemukan ayat yang mencantumkan kata shalat dan zakat itu secara bersamaan tidak lebih dari 27 ayat. Tetapi ada banyak ayat yang menguraikan perihal shalat bersamaan dengan uraian perihal sedekah yang bersifat umum.

[2] Kata-kata “selama aku hidup,” menunjukkan seterang-terangnya bahwa Nabi ‘Isa telah wafat. Sebab, zakat hanya diberikan oleh orang yang memiliki harta kekayaan. Jika Nabi ‘Isa masih hidup di langit, ia tak mungkin memiliki harta kekayaan. Dan meskipun ia memiliki harta kekayaan, di langit tak ada orang yang bisa menerima zakat dari beliau.

Dinukil dari buku “Islamologi” karya Maulana Muhammad Ali, Bab Zakat atau Sedekah. (Darul Kutubil Islamiyah, 2013)

Yuk Bagikan Artikel Ini!

Comment here

Translate »